Mohon tunggu...
Sukni
Sukni Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Hubungan Internasional Universitas Potensi Utama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Keretakan AS-Eropa Barat di Bawah Trump

21 Januari 2020   14:30 Diperbarui: 21 Januari 2020   16:01 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Eropa Barat merupakan sebuah sub-kawasan yang berada di benua Eropa. Terbentang dari Portugal hingga Swiss, dari Islandia hingga Yunani. Terletak banyak kota-kota terkenal di Eropa Barat, seperti Menara Eiffel di Paris, Menara Pisa di Italia, Collosseum di Italia, Big Ben di Inggris, dan masih banyak lagi. Sub-kawasan ini juga dikenal merupakan markas dari banyak industri-industri besar, seperti Shell, British Petroleum, H&M, dan masih banyak lagi.

Selain itu, sub-kawasan ini juga dikenal sebagai tempat subur bagi berkembangnya ilmu pengetahuan, terutama setelah Eropa memasuki masa Renaissance, dimana ilmu pengetahuan diakui dan mendapatkan tempat yang layak di tengah alam pikiran masyarakat yang masih didominasi oleh aliran metafisis. Banyak filsuf-filsuf dan ilmuwan-ilmuwan lahir di kawasan ini. Bahkan, peristiwa Revolusi Industri yang mengubah tatanan dunia itu juga pertama kali hadir di Inggris.

Sepanjang abad ke-16 hingga ke-20, industri dan teknologi berkembang dengan pesat. Hal ini membuat negara-negara Eropa bersaing dan berkeliling dunia, baik untuk melakukan kolonisasi (perluasan kekuasaan), imperalisasi (pengeksploitasian SDA wilayah lain), hingga penaklukan yang memusnahkan penduduk wilayah lain. Persaingan tersebut mencapai titik puncaknya saat Perang Dunia II, dimana negara-negara industrial Eropa terlibat dalam peperangan yang menyebar ke seluruh dunia tersebut.

Blok Sekutu diinisiasi oleh Inggris dan Prancis, sementara Blok Axis berisikan negara kuat Jerman dan Italia. Peperangan ini memuncak dan menjadi peperangan paling berdarah dalam sejarah manusia. Tercatat 61 juta nyawa lebih terenggut dalam peperangan ini.  Tidak hanya korban jiwa, peperangan ini juga menyebabkan kerusakan yang luar biasa di seluruh daerah yang menjadi zona perang. 

Meskipun Prancis dan Polandia berhasil memenangkan peperangan ini, namun kenyataannya mereka juga harus menghadapi kenyataan akan porak porandanya negara mereka akibat perang. Inggris sedikit beruntung karena tidak berada di Eropa daratan, sehingga mereka hanya merasakan dampak minimal.

Kemenangan yang harus dibayar mahal oleh negara-negara Eropa inipun membuka kesempatan bagi negara lain yang berada jauh di seberang lautan -- Amerika Serikat -- untuk ikut campur dan menyebarkan pengaruhnya. Amerika Serikat akhirnya memberikan bantuan ke negara-negara Eropa Barat yang mengalami kerusakan akibat perang lewat program Marshall Plan. Salah satu syarat bagi negara penerima bantuan dalam program ini adalah harus menerapkan sistem pemerintahan yang demokratis.

Program Masrshall Plan akhirnya menjadi batu loncatan bagi Amerika Serikat untuk memulai cengkramannya di sub-kawasan tersebut. Hal ini bisa dilihat dari keberpihakan negara-negara Eropa Barat kepada Amerika Serikat yang berkonfrontasi dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. 

Eropa Barat bahkan menjadi wadah bagi Amerika Serikat untuk mempraktikkan 'containment policy' nya, yaitu dengan membuat North Atlantic Treaty Organization (NATO), yang bertujuan untuk mencegah invasi militer Uni Soviet ke Timur Tengah.

Hubungan mesra tersebut terus terjalin, bahkan hingga Uni Soviet dibubarkan pada tahun 1991. Hal ini bisa dilihat pada saat Amerika Serikat menyerukan Global War on Terror, dimana negara-negara Eropa Barat menyambut hal tersebut dengan langsung berpartisipasi dalam koalisi AS tersebut. Pada peristiwa Arab Spring, Eropa Barat juga satu suara dengan Amerika Serikat, terkait dengan krisis politik di Libya, Mesir, Irak, Suriah hingga Bahrain.

Namun kemesraan tersebut kian surut dalam beberapa tahun terakhir. AS dan Eropa Barat lebih sering berbeda pandangan atau bahkan berkebalikan dalam menanggapi isu-isu internasional seperti  pengakuan unilateral AS atas kedaulatan Israel di Yerusalem dan Dataran Tinggi Golan, penarikan sepihak AS dari perjanjian nuklir JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) dengan Iran, kemunculan wacana membuat angkatan bersenjata Eropa, hingga wacana untuk melepaskan diri dari cengkraman dollar AS dalam melakukan perdagangan. 

Hal-hal yang tidak biasa ini muncul sangat sering dalam periode kepemimpinan pertama Presiden Donald Trump (2016-2020). Lantas pertanyaannya kemudian; Seberapa jauh cengkraman kepemimpinan Trump pada bidang ekonomi, politik, dan militer di Eropa Barat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun