Mohon tunggu...
Sukmono Rihawanto
Sukmono Rihawanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Dengan humor, Anda bisa memperlunak beberapa tamparan terburuk dalam hidup Anda. Begitu Anda tertawa, seberapa pun menyakitkannya situasi Anda, Anda pasti bisa melaluinya."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Hari Ibu) Karena Zhang Da Rindu!

22 Desember 2011   00:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:55 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan. Mama kembalilah!

Jawaban Zhang Da kepada pembawa acara televisi yang penuh harap dan trenyuh menggetarkan hampir seluruh penduduk China. Ketika itu, tepatnya 27 Januari 2006 pemerintah China, di propinsi Jiangxu, kota Nanjing memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang kuar biasa yang disiarkan secara nasional.

Siapakah Zhang Da? Ia adalah seorang anak lelaki berumur 10 tahun. Di usinya yang semuda itu, seluruh tanggung-jawab di rumah ada di pundaknya. Ia harus merawat papanya yang sakit. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua ia kerjakan dengan rasa tanggung-jawab dan kasih. Dan bahkan, karena obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi atau suntikan kepada pasiennya. Pekerjaan menyuntik papanya ini sudah dilakukannya sendiri selama lebih kurang lima tahun.

Tidak hanya itu. Zhang Da adalah tipikal manusia yang tidak mudah menyerah. Pekerja keras. Dan mengajarkan kepada kita-kita bahwa hidup harus terus berjalan, memikul tanggung-jawab untuk meneruskan kehidupannya meskipun dalam kondisi miskin dan tidak berpunya.

Ia tetap bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa dimakan.

Setelah pulang sekolah, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini dijalaninya selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar, dan kuat.

Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis, dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da. Mengapa jawabab Zhang Da tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya? Mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya? Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya?

Aku mau mama kembali. Sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya. Zhang Da kecil ditinggal pergi oleh mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Telah lama ia tidak merasakan peluk kasih mesra dari seorang mama yang telah melahirkannya. Masa kanak-kanak yang semestinya dilalui dengan tawa dan canda tergilas oleh kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.

Bertemu mamanya kembali adalah pilihan hati nurani paling dalam. Setegar dan sehebat apapun Zhang Da berhasil menghadapi ujian kehidupan, kehadiran seorang mama di dalam rumahnya justru lebih memberikan nafas kehidupan baru dibandingkan kemewahan duniawi. Hal ini tidak lain karena Zhang Da rindu....!!!

NB: Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju ke akun: Cinta Fiksi ( berikut Linknya : Cinta Fiksi )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun