Mohon tunggu...
Sukma Rofiani
Sukma Rofiani Mohon Tunggu... Guru - Guru Belajar Menulis

Berproses memprasasti diri dengan tulisan. Berdaya untuk bermanfaat dan berharga. Semangat Literasi!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Miskonsepsi Belajar

24 September 2021   21:20 Diperbarui: 24 September 2021   21:30 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemahaman seseorang memang berbeda-beda. Itu sah. Tidak ada yang salah dengan perbedaan. Justru, daya tarik seseorang terlihat dari perbedaan tersebut. 

Namun, ada beberapa hal harus memiliki persepsi atau pemahaman yang sama. Pemahaman yang tidak boleh berbeda-beda tentang belajar. 

Ada yang mengatakan bahwa jika tidak ke sekolah berarti tidak belajar. Jika tidak membuka buku berarti tidak belajar. Kalau tidak membaca tidak belajar. Bagaimana bisa demikian? Bagaimana hal yang krusial ini dapat dipahami secara bulat oleh semua kalangan? Apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi?

Miskonsepsi belajar.

Salah satu alasan perbedaan pemahaman belajar adalah Miskonsepsi. Sesuai dengan KBBI daring, miskonsepsi adalah salah pengertian atau salah paham. Sedangkan belajar (dari sumber yang sama) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; berlatih; berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, miskonsepsi belajar adalah salah pengertian atau salah paham dalam memperoleh kepandaian atau ilmu.

harusnya belajar memiliki lingkup yang sangat luas. Yang pertama, untuk memperoleh kepandaian atau ilmu bisa beraneka cara. Contohnya, kepandaian atau ilmu tadi dapat diperoleh dari buku, mendengarkan siaran radio, acara televisi, bahkan bisa didapatkan dari interaksi dengan lingkungan. Bagaimana bisa? 

Contoh konkritnya yaitu seorang teman mengajak bermain sepak bola. Setelah permainan berlangsung, kita dapat mengambil ilmu dalam kegiatan tersebut. Baik tentang kerjasamanya, taktik dan strateginya, atau kekompakannya.

Kedua, berlatih. Dewasa ini, belajar mengalami banyak perubahan yang signifikan. Pandemi memiliki andil dalam pembuktiannya. Belajar tidak hanya di sekolah. Belajar bisa di mana saja dan kapan saja. Apalagi belajar dalam kaitannya dengan berlatih. Berlatih menguasai suatu aplikasi, misalkan. Kita dapat menyimak tutorial materi dari YouTube atau secara otodidak mengutak-atik aplikasi tersebut sehingga mahir.

Ketiga, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jargon 'pengalaman adalah guru yang terbaik' ialah benar. Dengan pengalaman, kita dapat merefleksi diri tentang langkah yang kita ambil atau sesuatu yang kita telah lalui. Luar biasa lagi jika pengalaman tersebut dibagikan kepada orang lain agar dapat menginspirasi. 

Pengalaman diri sendiri maupun orang lain dapat menjadi bahan pembelajaran diri untuk berubah lebih baik. Namun, tidak dipungkiri bahwa mengubah diri melalui pengalaman ini tidak semua orang bisa melakukan. Apalagi pengalaman tersebut milik orang lain.

Sudahkah Anda belajar hari ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun