Mohon tunggu...
Sukmawati
Sukmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan siapa-siapa

Suka melancong

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Merasa Terhina, Tidak Ada yang Peduli hingga Sempat Terpikir untuk Bunuh Diri

13 Oktober 2019   23:20 Diperbarui: 13 Oktober 2019   23:29 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Ibu  Dr. Indria Laksmi
Damayanti, M.Si. (Ikatan Psikolog Klinis Indonesia) mengatakan, secara
global hampir 800ribu orang meninggal akibat bunuh diri setiap
tahunnya atau 1 kematian akibat bunuh diri setiap 40 detik. Dibalik 1
kematian akibat bunuh diri tersebut, ada 20 percobaan bunuh diri yang
tak terdata. Dan hasil survei dari SRS (Sistem Registrasi Sampel) pada
tahun 2016 terjadi 1.800 kematian karena bunuh diri atau terjadi 5
kematian/ hari.

dokpri
dokpri
Pentingnya mengetahui tanda-tanda bunuh diri supaya lebih perduli
dengan orang disekitar kita, antara lain:
*       Bicara tentang bunuh diri
*       Menjauhi dari komunitasnya
*       Sulit makan atau tidur
*       Menunjuk perilaku yang drastis

Tak kalah penting, kita pun harus tau mengapa muncul ide untuk bunuh
diri adalah karena:
*       Merasa kesepian
*       Merasa tidak berguna
*       Lelah dengan kehidupan
*       Rasa putus asa
*       Tidak ada satu pun yang mendukung
*       Merasa dijauhi
*       Ada perasaan tertekan dan hal-hal lainnya.

Selain hal tersebut ternyata bunuh diri menular seperti ada selebitis
terkenal yang bunuh diri tak hanya satu atau dua kali terjadi, bunuh
diri di lingkungan sekitar rumah, banyaknya informasi atau berita
tentang kasus bunuh diri serta tersedianya website bunuh diri.

Tingginya angka tersebut menyebabkan tingginya beban kesehatan dan
rendahnya kualitas dan produktivitas SDM.

dokpri
dokpri
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spritual dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya (UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehtan Jiwa).

Perlu diketahui gangguan jiwa berbeda dengan Gangguan Mental Emosional
(GME). Gangguan mental emosional masih lebih baik dibawah gangguan
jiwa. Mereka yang sudah berada di Rumah Sakit Jiwa adalah sudah masuk
kategori gangguan jiwa.

Prevalensi RT dengan ART gangguan jiwa Skizofrenia/ Psikosis adalah
0,67% atau sekitar 282.654 RT (Riskendas 2018). Sedangkan Prevalensi
GME sebesar 9,8% dari total penduduk berusia >15 tahun (Riskendas
2018), maka prevalensi ini menunjukkan terjadinya peningkatan dari
riskendas 2013 , dimana prevalensi GME sebesar 6%.

Secara global, sekitar 1 dari 6 orang (15-20% ) mengalami satu atau
lebih masalah kesehatan jiwa dan NAPZA. Jumlah terbesar adalah
gangguan kecemasan, sekitar 4% dari populasi.Karena itu penting untuk
memprsiapkan remaja yang sehat fisik dan jiwa sejak dini agar tercipta
SDM yang unggul dan berkualitas.

Beberap upaya yang harus dilakukan:
      Upaya promotif: Media KIE (Komunikasi, Infoormasi dan Edukasi) serta
sosialisasi kepada masyarakat.
      Upaya Preventif: Deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan napza,
dengan terlebih dahulu melatih tenaga keseehatan di fasyankes maupun
guru bimbingan tau konseling di sekolah.

Biasanya yang berisiko mengalami masalah psikologis berat atau
gangguan jiwa antara lain;
1.      Adanya predisposisi kerentanan
2.      Adannya masalah hubungan awal yang tidak harmonis atau terputus
dengan ibu (maternal deprivation)
3.      Mengalam kekerasan, bullying, trauma, atau diskiminsi
4.      Mengalami tekanan hidup berat
5.      Minim dukungan sosial
6.      Sejarah anggota keluarga bunuh diri
7.      Mudah mendapatkan alat bunuh diri (tali, pil, pistol)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun