Mohon tunggu...
Fathur Mafianto
Fathur Mafianto Mohon Tunggu... Guru - Guru, penjahit, dan traveller writing

Lelaki yang berhobby jadi penjahit dan ingin mencari ilmu setinggi langit ketujuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jangan Sulut Api di Hati Nenek!

26 Agustus 2020   13:14 Diperbarui: 26 Agustus 2020   13:35 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: psychologytoday.com


Sadar. Sadarlah!


Ia bukan boneka
Atau bahkan barang mainan
Yang dipermainkan dengan semenah-menah

Ia adalah wanita tua
Yang selalu mengasihi setiap orang
Dengan cinta tak berharap balas
Dengan ketulusan tak terhingga
Terkadang sejuta ruang dibiarkan terbuka pintunya
Agar banyak orang menjadi bagiannya
Jiwanya. Ruhnya. Kasih sayangnya
Itulah cinta

Jangan sekali-kali menggertak nenek
Sebelum air matanya berjatuhan
Membasahi tanah bertuan di belakang rumah
Berjejer dengan batu nisan kakek
Seolah-olah mengirimkan dia ke akhirat

Biarkan ia melakukan sesuai keinginannya
Menaburkan cinta dan kasih sayang yang tiada ujungnya

Sekali ia menangis
Dunia akan bergetar tanpa ampun

Rawat ia, seperti hujan membasahi tanah tandus
Peluklah ia, seperti ibu memeluk anaknya

Sedang api masih membara di hatinya
Dan air mata beradu nasib di tanah belakang

Rumah makan sate kambing
Bertiga satu hati
26/8/2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun