Mohon tunggu...
Suka Ngeblog
Suka Ngeblog Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis buku, terkadang menjadi Pekerja Teks Komersial

Blogger, writer, content creator, publisher. Penggemar Liga Inggris (dan timnas Inggris), penikmat sci-fi dan spionase, salah satu penghuni Rumah Kayu, punya 'alter ego' Alien Indo , salah satu penulis kisah intelejen Operasi Garuda Hitam, cersil Padepokan Rumah Kayu dan Bajra Superhero .Terkadang suka menulis di www.faryoroh.com dan http://www.writerpreneurindonesia.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Masih Relevankah Kehadiran Transportasi Laut di Era Digital?

30 Januari 2017   09:22 Diperbarui: 30 Januari 2017   15:06 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ~ bisnis.com

Untunglah, di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, situasi itu mulai berubah. Presiden Jokowi memberi perhatian yang besar pada pembangunan dunia maritim Indonesia. Tak hanya soal hasil dan produksi laut, namun juga urusan perhubungan dan transportasi.

Visi Presiden Jokowi untuk memajukan dunia maritim Indonesia ditindaklanjuti oleh Kementerian Perhubungan.  Sebagaimana yang terungkap dalam dialog “Mewujudkan Pelayaran Rakyat Terpadu dalam Merajut Nusantara” di Ruang Rimbawan I, Manggala Wanabhakti Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu,  Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan komitmen Kementerian Perhubungan untuk melakukan modernisasi dan meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran rakyat, dengan tetap mempertimbangkan kearifan lokal.

“Saya begitu gembira karena banyak sekali masukan yang diberikan bahwa kita memiliki pelayaran rakyat yang masih mempunyai kearifan lokal sehingga tugas kita sekarang adalah melakukan revitalisasi agar menjadikan pelayaran rakyat maju dan menjamin keamanan dan keselamatan,” papar Menhub Budi.

Modernisasi dan revitalisasi dibutuhkan agar angkutan laut tradisional bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang bergerak pesat. Kapal angkutan rakyat yang usianya sudah uzur dan tidak layak jalan, diganti dengan yang lebih baru. Pengembangan SDM juga dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anak muda yang ingin menjadi pelaut untuk mendapat pendidikan yang memadai. Di pihak lain, modernisasi dan revitalisasi ini tetap mengacu ke kearifan lokal yang telah mengakar di masyarakat selama ratusan tahun.

Tentu, realisasi dan sejauh mana dampak modernisasi dan revitalisasi angkutan tradisional Indonesia itu masih perlu dilihat lagi. Tapi setidaknya, kita bisa melihat adanya itikad baik dari pemegang keputusan untuk mengangkat harkat dan peran angkutan tradisional yang masih tetap dibutuhkan di era digital saat ini.

Pada akhirnya, ungkapan “nenek moyangku seorang pelaut” masih tetap relevan. Yang menjadi pelaut bukan hanya nenek moyang. Sebagian saudara kita di pesisir tetap bisa menjalankan profesinya sebagai pelaut, menggunakan sarana transportasi tradisional yang lebih aman, nyaman dan dilengkapi peralatan modern sesuai kebutuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun