Saat ini negara kita masih impor daging  sapi dan kerbau dari luar negeri. Kebijakan impor pangan tidak hanya menjadikan ketergantungan kepada negara lain, namun impor, khususnya impor daging  sapi  juga telah mematikan peternak sapi dalam negeri. Karena itu Kementerian Pertanian harus melihat potensi Pulau Moa dan Kisar sebagai sumber pemasok daging nasional di masa mendatang.
Peternakan sapi, kerbau, kuda  dan kambing secara lepas di Pulau Moa sangat potensial untuk ditambah jumlah sapi dan kerbau betinanya karena lahan sangat luas dan kekurangan sapi. Kalau saja Kementerian Pertanian mengimpor bibit sapi dari Australia atau  negara lain, sekitar 10.000 ekor,  dilepas di Pulau Moa dan  Kisar, dalam dua tahun akan berbiak menjadi 20.000 ekor 40.000 ekor dst.
  Jumlah itu secara bertahap setiap bulan dipasarkan  ke DKI Jakarta dengan Kapal Ternak Tol Laut. Kementerian Perhubungan dapat mendukung Kementerian Pertanian dalam distribusi ternak ke Jakarta dengan penyediaan kapal ternak. Dengan kapal khusus pengangkut ternak, maka kesinambungan pasokan dapat dijalankan secara terjadwal dan teratur. Sehingga kapal ternak yang saat ini masih satu trayek dari NTT ke Jakarta dapat ditambah dari Kisar dan Moa ke Jakarta.
Dengan pemasaran dan harga yang lebih tinggi dibanding harga di Moa  saat ini, maka kesejahteraan peternak, warga dan pemerintah Kabupaten MBD akan meningkat. Bila perlu, jika  ternak telah berkembang biak, dapat pula didirikan rumah potong berlabel halal untuk memasok daging ke Jawa dan kota-kotanya, tidak hanya Jakarta, namun bisa ke  Bandung, Semarang  , Surabaya dan kota lainnya. Bila sudah ada rumah potong, maka penjualan sapi hidup dapat digantikan penjualan daging sapi potong atau didirikan pabrik pengolahan daging seperti sosis, bakso dikirim dalam bentuk  siap konsumsi  dari sumber produksi ternak, hal ini  akan lebih hemat dan meningkatkan pendapatan masyarakat. ***