Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Merangkul Lawan ala Jokowi Makin Kental

23 Desember 2020   19:56 Diperbarui: 23 Desember 2020   20:39 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: serikatnews.com

Kita baru saja menyaksikan bagaimana Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, melantik ke-6 menteri baru, yakni  Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial, Yaqut Cholil Quomas sebagai Menteri Agama, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Agama, Muhammad Lutfi sebagai Menteri Perdagangan, dan Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Pelantikan keenam menteri baru tersebut tentu saja membahagiakan kita semua sebagai warga negara. Sebab, menteri-menteri sebelumnya yang sudah di-reshuffle tidak menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Apalagi Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) sebelumnya, Edy Parowobo, yang tertangkap tangan KPK lantaran mengkorupsi dana bantuan sosial. Suatu kejahatan yang luar biasa.

Namun, fokus utama dalam ulasan kali ini, yakni terkait Menteri Pariwisata yang baru, Sandiaga Uno. Sandiaga, sebagaimana yang kita ketahui bersama adalah mantan calon Wakil Presiden dalam Pilpres 2019 lalu yang juga adalah lawan Jokowi.

Hal ini memang tidak terlalu mengejutkan, karena Prabowo Subianto sudah terlebih dahulu masuk dan bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju. Tetapi menurut hemat penulis, diangkatnya Sandiaga sebagai Menteri Parawisata dan Ekonomi Kreatif, menunjukkan politik merangkul ala Jokowi yang semakin kental.

Politik merangkul ini, terutama merangkul Sandiaga, menimbulkan banyak tanya di masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul ke ruang-ruang publik dan media-media sosial, misalnya, untuk apa diadakan Pilpres tahun lalu kalau toh akhirnya Prabowo dan Sandiaga akhirnya bergabung? 

Bisakah Sandiaga menjadi Menteri yang lebih baik dari menteri yang sebelumnya? Apakah para menteri yang baru bisa membawa perubahan atau numpang tenar saja di Istana? Waktulah yang akan menjawab sejumlah pertanyaan tersebut. Patut kita tunggu.

Tujuan dan dampak

Tujuan utama Jokowi merangkul dua mantan kompetitornya itu, yakni demi kebaikan dan kemajuan negeri ini. Sementara tujuan lainnya yang barangkali tak mau diungkapkan ke publik, yaitu untuk mengurangi suara-suara kritis terhadap pmerintah. Suara-suara kritis itu pada umumnya datang dari kubu pendukung Prabowo-Sandiaga yang sekaligus sebagai oposisi pemerintah.

Sebut saja misalnya, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Amien Rais, Rocky Gerung, Rizal Ramli dan tokoh-tokoh lainnya yang selama ini sangat kencang dan keras dalam mengkritik Jokowi. Dan sekarang, setelah Prabowo bergabung ke dalam pemerintahan, tokoh-tokoh tersebut semakin melempem dan tak terlalu tajam dalam menyerang pemerintah.

Kalau pun mereka mengkritik, tapi tak setajam silet. Apalagi Fahri Hamzah yang kadang-kadang memuji Jokowi, dengan tujuan supaya semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk bergabung ke partai Gelora yang baru saja didirikannya. Fahri sedang gencar-gencarnya membangun politik pencitraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun