Mohon tunggu...
suherman agustinus
suherman agustinus Mohon Tunggu... Guru - Dum Spiro Spero

Menulis sama dengan merawat nalar. Dengan menulis nalar anda akan tetap bekerja maksimal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Taatlah Pada Pemerintah Demi Kebaikan Bersama

9 Mei 2020   23:22 Diperbarui: 9 Mei 2020   23:28 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini viral sebuah video terkait sejumlah umat yang tetap melaksanakan Sholat Jumat di salah satu masjid di Terang, desa Golo Sepang, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Padahal pemerintah sejak awal Maret menghimbau masyarakat agar melaksanakan ibadah di rumah masing-masing. Salah satu pria yang menjadi kordinator umat dalam video tersebut mengatakan bahwa agama bertanggungjawab terhadap Allah bukan terhadap negara.

"Pemerintah sebatas himbauan, kami sangat berterima kasih sekali, jadi kami tidak ada tanggung jawab agama terhadap pemerintah. Kalau pemerintah melarang kami melakukan aktivitas agama itu beribu-ribu pertimbangan kami akan buat" ujar pria tersebut (Floresa.co).

Video tersebut menimbulkan banyak reaksi dari masyarakat. Pada umumnya reaksi tersebut menyampaikan kemarahan terhadap umat yang ada dalam video tersebut. 

Penulis sendiri tidak bersikap seperti kebanyakan orang, mencaci maki atau apapun itu. Hanya saja sangat disayangkan keberanian umat tersebut. Mereka tidak mengindahkan apa yang disampaikan pemerintah. Apalagi pandemi COVID-19 ini belum berakhir.

Barangkali umat tersebut bermaksud baik, yankni mendoakan secara khusus agar virus ini segera pergi dari bumi Indonesia. Namun, hemat penulis, berdoa saja tidak cukup dalam memutuskan rantai penyebaran virus ini. Mesti dibarengi dengan tindakan pencegahan, semisal mengindari kerumunan seperti yang dilakukan jemaat tersebut.

Pemerintah akan kesulitan dalam mengatasi penyebaran kalau masyarakat masih ngotot menjalankan ibadah keagamaannya. Lagi pula, ibadah bisa dilakukan di rumah sendiri. Tak perlu berbondong-bondong ke tempat-tempat ibadat seperti ke gereja, masjid, vihara, pura, dll. Kita sedang berada di dunia, bukan di surga. 

Jadi, kita perlu mengikuti anjuran pemerintah, sebab itulah cara satu-satu dalam memerangi virus ini, yakni mengkrantinakan diri di rumah. Pakailah kesempatan pandemi ini untuk beribadah bersama keluarga, bercerita tentang suka dan duka hidup, berefleksi tentang makna hidup bersama keluarga. 

Merefleksikan pengalaman hidup itu penting agar kita tahu tentang hal yang baik dan buruk yang terjadi di masa lalu. Dan tentu ada hal yang perlu diperbaiki.  Terkait pentingnya berefleksi tentang hidup, Sokrates mengatakan bahwa hidup yang tidak pernah direfleksikan tak layak untuk dijalani.

Setelah pandemi global ini berakhir, penulis yakin bahwa ketika kembali melaksanakan aktivitas seperti biasa, beribadah seperti biasa, bekerja seperti biasa, kita akan merindukan masa-masa karantina seperti yang kita jalani sekarang ini. Karena itu, beradaptasilah dengan kondisi yang ada. 

Jangan mengatasnama Tuhan lalu mengabaikan anjuran pemerintah. Siapa tahu Tuhan sendirilah yang bersuara melalui pemerintah, demi kebaikan bersama. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun