Sejak diumumkan ada 2 WNI yang terinveksi wabah pandemi global (covid-19) pada 2 Maret oleh Jokowi, semua media baik media massa maupun media-media online dibanjiri oleh berita tentang covid-19. Begitu juga media-media sosial dipenuhi oleh berita-berita dan video-video mengenai wabah corona.Â
Persoalannya, di tengah kecemasan dan ketakutan karena dampak corona ini, banyak berita yang isinya justru menambah kegelisahan masyarakat. Berita yang benar dan berita yang palsu atau hoax berbaur jadi satu. Lebih parah lagi, masyarakat yang dengan sengaja menciptakan video-video yang memicu kepanikan bagi masyarakat yang lain. Sehingga rantai ketakutan ini sulit diputus.
Di samping itu, oposisi politik pemerintah, bukannya bekerja sama mendukung pemerintah memerangi covid-19 tapi justru memanfaatkan situasi genting ini untuk menyerang pemerintah. Mereka menganggap pemerintah tidak sigap, pemerintah lamban, pemerintah menganggap remeh dampak corona ini. Pokoknya semua salah pemerintah. Meskipun saya sependapat dengan penilaian mereka karena kenyataan memang begitu, tapi hemat saya bukan saatnya kita saling melempar kesalahan.Â
Hal penting yang perlu kita lakukan sekarang adalah bergerak bersama, saling bahu membahu melawan covid-19. Minimal kita mengikuti apa yang diinstruksikan oleh pemerintah, yakni bekerja dari rumah, sekolah dari dan ibadah dari rumah. Atau mengikuti anjuran tim medis: memakai masker kalau sedang batuk, sering mencuci tangan, menjaga jarak minimal satu meter dengan orang lain. Atau kita perlu mengkarantinakan diri di rumah. Inilah cara terbaik yang dapat memutuskan rantai virus ini.
Corona Menyatukan Masyarakat yang Bertikai
Meluasnya dampak buruk Covid-19 ini memaksa masyarakat yang sedang bertikai untuk bergandengan tangan melawan Covid-19. Seperti di beberapa negara di Timur Tengah (Turki, Iran dan Arab Saudi) yang saling bertukar informasi dalam upaya mengurangi resiko kematian karena Covid-19.Â
Ketiga negara ini melupakan sementara pertarungan politik di Timur Tengah dan kemudian berjuang bersama untuk melawan virus yang kian hari kian mengganas. Fakta kerja sama antarnegara yang sudah bertahun-tahun saling bertikai ini memberikan contoh bagi negara kita yang mana masyarakatnya sedang  terpecah belah karena pertarungan politik identitas.
Kita perlu melupakan semua pertentangan ekonomi, politik dan agama. Kita bergerak bersama melawan musuh bersama, covid-19. Kita juga perlu menyadari bahwa tidak  ada satu manusia pun di bumi ini yang kebal terhadap virus. Virus ini juga tidak melihat apa suku, ras dan agama yang kita anuti. Artinya kita punya peluang yang sama untuk diserang virus corona ini. Oleh karena ini, kita tak perlu saling melempar tanggungjawab. Jangan juga menyerahkan semua upaya penanggulangan wabah ini kepada pemerintah. Kita sendirilah yang paling bertanggungjawab atas keselamatan diri kita sendiri.
Jangan Bahagia atas Penderitaan Pasien Covid-19
Melihat fakta bahwa di Indonesia, per sore ini sudah ada 172 kasus, 8 pasien yang sembuh dan 5 yang meninggal (Kompas.com 17/03/2020), maka kita diharapkan agar tidak berbahagia di atas penderitaan pasien covid-19. Kita juga tidak perlu membuat meme-meme atau lelucon terkait covid-19. Sebab, sebelum virus ini menyerang Indonesia, banyak meme corona yang bertebaran di media-media sosial.Â
Meme-meme itu pada intinya menciptakan lelucon dan tawa bagi masyarakat. Barangkali virus ini menyerang negara ini karena meme-meme tersebut. Ketika masyarakat di Wuhan merasakan kecemasan dan kepanikan yang luar bisa, masyarakat Indonesia malah tertawa ria, aneh bukan?