Â
Puasa, tapi tetap olahraga? Bukannya itu bikin tubuh lemas dan nggak bertenaga?
Banyak orang berpikir kalau bulan Ramadan adalah waktu untuk mengurangi aktivitas fisik. Namun, nyatanya, atlet Muslim di berbagai belahan dunia tetap berlatih bahkan bertanding saat berpuasa. Bagaimana mereka melakukannya? Apa rahasia mereka agar tetap bugar tanpa merasa kehabisan energi?
Artikel ini akan mengungkap strategi yang digunakan para atlet Muslim dunia selama Ramadan dan bagaimana kita bisa menerapkannya dalam keseharian tanpa harus takut kehilangan tenaga.
1. Berlatih Saat "Golden Hour"
Banyak orang salah memilih waktu olahraga di bulan puasa. Sebagian nekat berolahraga di siang hari, padahal itu bisa mempercepat dehidrasi dan kelelahan.
Rahasia para atlet Muslim? Mereka memanfaatkan Golden Hour, yaitu:
- Sebelum berbuka puasa (30-60 menit sebelum adzan magrib) Waktu terbaik untuk latihan ringan karena setelahnya bisa langsung minum dan makan untuk pemulihan.
- Setelah tarawih (sekitar 9-10 malam) Cocok untuk latihan lebih intens tanpa takut dehidrasi.
- Sebelum sahur (sekitar jam 3-4 pagi) Alternatif bagi yang ingin olahraga ringan sebelum makan sahur.
2. Fokus ke Latihan Kualitas, Bukan Kuantitas
Atlet profesional tidak memaksa tubuh untuk latihan berat seperti hari biasa saat Ramadan. Mereka mengutamakan latihan efektif dan efisien, seperti:
- Latihan HIIT (High-Intensity Interval Training) 10-20 menit Menggantikan kardio panjang yang melelahkan.
- Bodyweight training (push-up, squat, plank, dll.) Tidak perlu alat berat, tetap bisa melatih kekuatan otot.
- Yoga atau stretching Menjaga fleksibilitas dan mengurangi risiko cedera.
3. Pola Makan ala Atlet Muslim: Sahur dan Berbuka yang Cerdas
Makanan yang dikonsumsi sebelum dan sesudah puasa sangat berpengaruh terhadap performa tubuh. Atlet Muslim punya trik khusus dalam menyusun menu: