Mohon tunggu...
Suhendrik Nur
Suhendrik Nur Mohon Tunggu... Freelancer - Manusa biasa yang tak berharap apa-apa

Bergerak di literasi jalanan (Perpustakaan Jalanan) Bambu Pena Indramayu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Tentang Perempuan yang Kami Sebut Ibu

12 Agustus 2022   08:30 Diperbarui: 12 Agustus 2022   08:34 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu & Anak Editing by Canva

(untuk seluruh Ibu di dunia yang berjuang demi keluarga dan yang selalu tabah, dan untuk semua orang hebat yang tumbuh dan berjuang tampa sosok ibu)

Ibu merawat kami seorang diri
Sedangkan kami tak bisa merawat ibu sendiri
Bahkan kami sering merepotkannya
Dengan masalah-masalah yang kami cipta
Berkeluh kesah tentang segala problema
Yang tak sebanding dengan nestapanya

Ibu yang dahulu tegas
Kini tak pernah marah lagi
Padahal pada saat-saat ini lah
Kami paling layak untuk dijewer, disetrap, dinasehati, dan dituturi dengan kitab-kitab

Tapi ibu, malah yang selalu pasang badan
Ketika kami dipandang iba oleh tetangga
ia selalu tersenyum ceria
Dibalik uban dan keriput tipis yang menghiasi wajahnya.

Kami maling kundang bu,
Akan tetapi ibu tak pernah mengutuk
Ibu tak pernah menuntut kami untuk berbakti,
Ia hanya meminta kami untuk selalu yakin dengan tujuan kami

Dan ibu....
Sepanjang hidupmu selalu memberi

Perjuangan, 26 Juli 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun