Mohon tunggu...
Achmad Suhawi
Achmad Suhawi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Politisi Pengusaha

MENGUTIP ARTIKEL, Harap Cantumkan Sumbernya....! "It is better to listen to a wise enemy than to seek counsel from a foolish friend." (LEBIH BAIK MENDENGARKAN MUSUH YANG BIJAK DARIPADA MEMINTA NASEHAT DARI TEMAN YANG BODOH)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sains dan Marketing Politik dalam Survey

13 Agustus 2021   18:07 Diperbarui: 13 Agustus 2021   19:45 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Marketing Politik Melalui Survey

Survey merupakan salah satu metode ilmiah yang digunakan sebagai suatu pendekatan dalam rangka mengetahui suatu permasalahan. Definisi survey itu sendiri menurut UU nomer 16 tahun 1997 adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan sampel untuk memperkirakan karakteristik suatu populasi pada saat tertentu. Sedangkan survey politik pada umumnya mengambil focus untuk mengetahui perilaku pemilih, evaluasi kinerja, dan preferensi. 

Oleh sebab itu, indikator dan metode survey menjadi sangat penting dalam suatu survey, karena ia adalah perkiraan yang dilakukan pada suatu waktu. Artinya, hasil suvery sangat dinamis dan perspektif. Jadi, selain metode yang digunakan dalam melakukan survey, kredibelitas dan integritas pelaku survey sangat menentukan akurasi hasil survey tersebut. Dan sejauh mana hasil survey tersebut layak dipercaya! Hal itu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya metodologi dan obyektifitas.

Tidak banyak orang yang mendalami ilmu survey, termasuk dikalangan akademisi. Sehingga keahlian melakukan survey merupakan kemewahan tersendiri. Dalam arti, tidak dikuasai oleh semua orang walaupun ia berpendidikan tinggi. Pada umumnya publik hanya disajikan data yang sudah diolah sedemikian rupa tanpa mendalami bagaimana sebuah data tersebut bisa hadir ditengah - tengah publik. Dan tidak banyak yang mengetahui bagaimana data survey dipublikasi melalui sejumlah media massa mainstream untuk kemudian di pompa melalui sosial media oleh para buzer.

Beberapa langkah yang lazim digunakan sebelum menyajikan data survey, diantaranya : lembaga survey melakukan hipotesa awal, kemudian merencanakan cara survey, menentukan target survey, menentukan lokasi responden untuk pengumpulan data survey, menjabarkan hasil penemuan yang dilakukan melalui  sejumlah analisis dan pengkajian.

Hipotesa awal dalam melakukan suvey politik memiliki peranan penting, tetapi tidak bebas nilai. Dalam melakukan survey politik suatu Lembaga Survey membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu hipotesa awal menjadi penting. Hipotesa pada umumnya dirumuskan oleh Lembaga Survey tetapi bisa juga berdasarkan pesan sponsor tertentu atau bahkan nama yang di survey itu sendiri. Jadi Lembaga Survey yang menentukan nama siapa saja yang perlu dan layak  untuk di survey, walaupun dalam hal ini cenderung "bias kepentingan" antara mencari tahu preferensi pemilih secara obyektif dengan mensosialisasikan calon kontestan tertentu untuk diunggulkan dalam suatu kontestasi politik.

Belakangan ini sejumlah Lembaga Survey ramai merilis hasil survey politik yang mereka lakukan kepada sejumlah nama yang diproyeksikan untuk menjadi calon kontestan Presiden pada pilpres tahun 2024. Walaupun pemilunya sendiri masih 3 tahun lagi dan Indonesia perlu segera keluar dari himpitan Pandemi Covid -19. Namun geliat sejumlah Lembaga Survey justru ramai memotret popularitas sejumlah tokoh untuk Capres apabila dibandingkan mensurvey kinerja para tokoh tersebut dalam menangani Pandemi Covid 19, serta dampak rangkaian yang menyertai kemudian.

Menentukan lokasi survey terkesan sederhana. Sudah jamak apabila survey untuk pemilu kepala daerah maka lokasi responden yang di survey adalah populasi di daerah tersebut. Begitulah anggapan umum yang di insyafi oleh sebagian besar penikmat survey. Walaupun tidak harus demikian. Begitu pula dengan Pemilu Presiden. Padahal kemenangan calon presiden tidak ditentukan oleh semua pemilih disetiap provinsi. Sebab, ada ketidak seimbangan demografi pemilih di Indonesia. Inilah kelemahan hasil survey yang perlu disikapi dengan kritis. Meskipun ada argumentasi bahwa pengambilan sample telah mempertimbangkan sejumlah indikator yang turut mempengaruhi dan berdampak signifikan terhadap hasil survey.

Hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, kemudian di rilis oleh BPS pada Januari 2021 menunjukan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 270,20 juta jiwa. Dimana jumlah tersebut meningkat sekitar 32,56 juta jiwa dalam sepuluh tahun terakhir. Indonesia saat ini juga mengalami bonus demografi atau penduduk yang berusia antara 15-64 tahun lebih banyak dari usia lanjut dan anak-anak. Jadi penduduk usia produktif menurut data yang dirilis oleh BPS berjumlah 70,72 persen. Sedangkan rasio jenis kelamin yaitu 102 laki-laki dari setiap 100 orang perempuan, jadi populasi laki-laki lebih banyak. Adapun sebaran penduduk masih terkonsentrasi di pulau jawa yaitu sebesar 151,59 juta jiwa atau 56,10 persen. 

Kurang dari setengah penduduk Indonesia yang tersebar di pulau - pulau luar Jawa, yaitu di pulau Sumatera sebanyak 21,68 persen, 6,15 persen di Kalimantan, 7,36 persen di Sulawesi dan 5,54 persen di Bali dan Nusa Tenggara.

Dengan data demografi yang disampaikan oleh BPS tersebut diatas, sejatinya kontestasi Pemilu Presiden (pilpres) pada tahun 2024 sangat ditentukan oleh kemenangannya di pulau Jawa atau 6 provinsi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun