Mohon tunggu...
suhar reymon willyam
suhar reymon willyam Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiwa

Mahasiswa Universitas Airlangga Ilmu Informasi dan Perpustakaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menemukan Kebahagiaan di Kalangan Mahasiswa dengan Aliran Stoisisem

7 Juni 2022   20:16 Diperbarui: 7 Juni 2022   20:23 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Masa-masa kuliah merupakan salah satu jenjang pendidikan yang umumnya akan dilewati oleh sebagian besar orang saat masa muda.Meskipun tidak semua remaja mengalami fase tersebut karena berbagai alasan dan hal lainnya.Sebagai seorang mahasiswa pastilah dituntut untuk menjadi lebih bijaksana dan mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada.

Mahasiswa dalam peranan di masyarakat dianggap sebagai salah satu agen perubahan dan penggerak sosial,tak ayal seorang mahasiswa merasakan tekanan dan beban tersendiri dalam menjalaninya.Selain itu,dalam keseharian mahasiswa juga akan menghadapi tugas dan juga tanggung jawab yang diembannya di dalam kampus terutama bagi mereka yang mengikuti berbagai organisasi seperti BEM dan lain-lain.

Sebagai anak remaja yang memiliki semangat juang tinggi seringkali mengalami kesulitan yang sebelumnya tak terbayangkan.Mahasiswa kerap kali merasa stress dan kecewa atas apa yang terjadi di dalam hidupnya.Puncaknya adalah rasa putus asa dan ingin menyerah dengan keadaan.Tentu hal tersebut tidaklah diharapkan.Untuk mengatasi hal tersebut perlu rasanya kita mengenal sebuah filsafat yang bernama Stoisisme.Stoisisme merupakan suatu pandangan hidup yang menekankan pentingnya menjauhkan diri dari perasaan negatif seperti sedih,stress,kecewa,kesal,emosi dan lainnya.

Meskipun Stoisisme merupakan aliran yang tergolong kuno seperti yang dikutip dari buku Filosofi teras oleh manampiring(2018).Stoic telah ada,sejak ribuan tahun lalu tepatnya 2000 tahun lalu di romawi kuno.Filsafat yang digagaskan oleh Zeno dari citium.Relevansi Stoisisme sebagai obat penawar depresi di masa sekarang masih sangat relevan utamanya bagi mahasiswa yang sedang merasakan depresi dan stress yang berlebih.

Ada beberapa intisari dari Stoisisme yang dapat diterapkan oleh mahasiswa dalam membantu mahasiswa meringankan beban yang selama ini dipikulnya.

Menemukan kebahagiaan

Kaum stoa (penganut aliran stoisisme) menempatkan kebahagiaan dalam ketenangan batin (Manampiring, 2019). Bagi stoa atau seorang penganut Stoisisme meyakini kebahagiaan itu ditentukan oleh ketenangan batin (Internal) bukan dari faktor-faktor diluar diri kita (eksternal) seperti harta,pasangan,jabatan,penilaian orang lain,dan popularitas.Sebagian dari kita sebagai mahasiswa kerap terjebak dalam masalah ini.Kita sering mencari kebahagiaan dari eksternal diri kita seperti teman,pasangan dan lain-lain. Padahal yang kita tak sadari kebahagiaan itu diciptakan oleh diri kita sendiri dimana kita bisa menciptakan kebahagiaan kita sendiri lewat persepsi kita memaknai bahagia.Misalkan,bahwa sebelumnya kita mencari kebahagiaan lewat opini orang,memiliki pasangan,mempunyai harta yang berlimpah,memiliki fisik yang menawan dan lain-lain.Padahal opini orang terhadap kita sejatinya tidak merepresentasikan diri kita yang sesungguhnya sehingga kebahagiaan dari opini orang lain sebetulnya tidak dapat menentukan kebahagiaan kita dan hanya kitalah yang tahu siapa diri kita sebenarnya bukan orang lain.Maka kita bisa menyikapinya dengan lebih bijaksana apabila opini orang lain mengganggu kita.

Memiliki pasangan tidak selamanya menciptakan kebahagiaan, meskipun dengan adanya pasangan ada beberapa hal positif yang kita rasakan,namun dalam stoic, percintaan bukanlah hal yang dapat menentukan kebahagiaan, namun bagaimana cara kita memandang cinta itulah yang menentukan.Jika kita belum atau tidak memiliki pasangan bukan berarti kita tidak bahagia,justru kita tetap bisa bahagia asalkan diri kita tidak mempersepsikan Kesendirian  itu sebuah hal yang menyedihkan dan kesepian.Intinya sendiri ataupun memiliki pasangan bukanlah jaminan kebahagiaan karena masing-masing memiliki kelebihan dan belum tentu kita memiliki pasangan akan bahagia karena pasti setiap hubungan akan ada masalah lain yang tercipta.Jadi kebahagiaan itu tidak digantungkan pada orang lain namun dari diri kita sendiri.

If you live according to what other think, you will never be rich,--Seneca (Letters)

Melatih mengelola Depresi

“Kita lebih menderita di pikiran kita dibanding dengan di kenyataan yang sebenarnya.” – Seneca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun