Mohon tunggu...
Coretan Bung Anto
Coretan Bung Anto Mohon Tunggu... Administrasi - Founder Pemuda Percaya Diri (PPD)

"Manusia yang ingin terus belajar dan memberi manfaat terhadap lingkungan sekitar."

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penguatan Pendidikan Karakter

14 November 2019   15:57 Diperbarui: 14 November 2019   16:00 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia untuk memperolehnya, seperti yang termaktub dalam preambule UUD 1945 alinea keempat, yang berbunyi Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Setiap warga negara Indonesia berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, dari sini kita bisa memahami, bahwa pendidikan adalah hak fundamental yang harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia.

Berbicara tentang pendidikan, tentu tidak terlepas dari Bapak Pendidikan Nasional kita, yaitu Ki Hadjar Dewantara, beliau adalah pelopor pendidikan bagi kaum pribumi dari zaman penjajahan Belanda. Pandangan dan konsep yang ia berikan terhadap pendidikan di Indonesia adalah menekankan cipta, rasa, dan karsa. Ketiga pandangan dan konsep ini antara lain untuk membentuk insan yang kreatif dan daya cipta, memahami keadaan disekelilingnya, serta stimulatif dalam memberikan semangat untuk belajar.

Pandangan dan konsep Ki Hadjar Dewantara tentu selaras dengan penguatan pendidikan karakter, dimana orang tua, guru, dan murid harus betul betul memahami akan pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter selain membentuk insan yang baik, juga akan melahirkan pribadi yang mempunyai moralitas tinggi, selain bermanfaat bagi sekitar, juga berguna bagi khalayak umum.

a. Runtuhnya Ajaran dan Pemahaman Pendidikan Karakter

 Pendidikan karakter tergerus oleh perkembangan zaman, orang tua sebagai pendorong, guru sebagai pendidik, dan siswa sebagai insan terpelajar. Ketiga subjek ini yang menjadi pembahasan tentang menguatnya atau runtuhnya makna pendidikan karakter, yang harus tetap menjaga komunikasi terjalin dengan baik, koordinatif, implikatif, dan efektif.

Peristiwa penganiayaan guru yang dilakukan oleh siswa hanya karena ditegur yang terjadi di SMAN 1 Torjun, Sampang, Jawa Timur, adalah bukti bahwa pendidikan karakter mengalami keruntuhan dalam dunia pendidikan, baik dari ajaran ataupun pemahaman. Kejadian ini disebabkan oleh kurangnya ajaran tentang penguatan pendidikan karakter dari orang tua, guru, ataupun kurangnya pemahaman dari siswa itu sendiri, sehingga terjadilah pemahaman pendidikan karakter secara dangkal dan tidak menyeluruh.

Ajaran dan pemahaman pendidikan karakter menjadi pembahasan mendasar, karena pada umumnya ajaran dan pemahaman pendidikan karakter akan membantu proses kegiatan belajar mengajar yeng berkelanjutan, dan mengantisipasi kesalahan penafsiran atau penerapan ajaran dan pemahaman pendidikan karakter oleh orang tua, guru, siswa, ataupun oleh khalayak umum.

b. Kurangnya Koordinasi Antara Orang Tua, Guru, dan Siswa 

Orang Tua, Guru, dan Siswa sering kali terjadi kurangnya koordinasi yang mengakibatkan salah mengartikan ataupun memahami pendidikan karakter, sehingga ketiga subjek ini yang menjadi sorotan utama ketika pendidikan karakter mulai lemah dan terkikis, orang tua yang dulunya memasrahkan sepenuhnya kepada guru untuk mendidik anaknya, sekarang orang tua mulai tidak terima dengan hukuman yang diberikan oleh guru kepada anaknya.

Hal ini berangkat dari peristiwa yang terjadi pada guru SMPN 6 Kalukku, Mamuju, Sulawesi Barat, orang tua murid yang tidak terima anaknya dijewer, kemudian menghajar guru hingga muntah darah dan pingsan, lagi-lagi dunia pendidikan mengalami catatan hitam. Orang tua sebagai mediator atau pendorong, tiba-tiba berubah menjadi pelaku utama dalam kejadian ini.

Inilah dampak dari kurangnya koordinasi, orang tua yang tidak terima atas hukuman yang diberikan kepada anaknya, sehingga terjadilah pemukulan kepada guru yang murni memperlakukan siswanya tujuannya tidak lain hanya untuk mendidik, walaupun dimaknai salah oleh orang tua murid. Orang tua pun tidak begitu mengerti tentang situasi apa yang sebenarnya terjadi, kenapa anaknya bisa dihukum oleh gurunya, dan mengapa gurunya sampai menghukumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun