Mohon tunggu...
Suhandi Taman Timur
Suhandi Taman Timur Mohon Tunggu... -

Pengamat gaya hidup, transportasi, pariwisata dan politk. Tidak setuju bila politik dibilang kotor, karena yang kotor itu hanya sebagian dari politisinya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengenang Anthony Herman Gerard Fokker

5 April 2010   23:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:58 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya Anthony (Tony) Herman Gerard Fokker, orang Belanda pendiri pabrik pesawat terbang Fokker masih hidup, maka pada tanggal 6 April 2010 ini ia akan merayakan ulang-tahunnya yang ke 120. Tony Fokker adalah orang Belanda yang lahir di Blitar, Jawa Timur, Indonesia, yang pada masa itu masih bernama Neederlandsch Indië. Ia meninggal pada usia muda pada tanggal 23 Desember 1939 di New York, Amerika Serikat. Sumber lain mengatakan bahwa Fokker lahir di Kediri. Kemungkinan besar hal ini bukan suatu kekeliruan karena Blitar waktu itu masuk di dalam keresidenan Kediri. Almarhum Wieweko Soepono, Presiden Direktur PT Garuda Indonesia Airways periode 1968-1984 suatu waktu pernah membanggakan kepada penulis tentang kota Blitar sebagai kota yang melahirkan orang-orang besar kelas dunia seperti Bung Karno dan Tony Fokker (Wapres Boediono juga lahir di kota ini). Baru belakangan penulis menyadari bahwa sebenarnya waktu itu Pak Wieweko sedang berseloroh membanggakan dirinya sendiri yang juga lahir di Blitar.

Ayah Tony, Herman Fokker adalah pemilik perkebunan kopi di Jawa Timur. Sejak usia empat tahun, setelah adiknya lahir, Fokker kecil sudah dibawa pulang oleh orang tuanya kembali ke negeri asalnya di Haarlem, Negeri Belanda agar bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Kegemaran Tony waktu kecil adalah membuat percobaan mesin uap dan bermain dengan model keretaapi-keretaapian. Hal ini mengakibatkan ia agak tertinggal di sekolah. Pada usia 20 tahun Anthony dikirim oleh ayahnya ke Jerman untuk memperdalam keahliannya dalam hal mesin mobil. Tapi ternyata anak ini lebih cakap dan berminat pada rancang-bangun, pembuatan dan menerbangi pesawat terbang. Disini Tony menunjukkan bakatnya yang luar biasa dalam hal pembuatan pesawat terbang. Maklum pada masa itu seluruh Eropa sedang “demam” pesawat terbang, menyusul ditemukannya pesawat terbang untuk yang pertama kali di dunia oleh Orville dan Wilbur Wiright pada tanggal 17 Desember 1903 di Kitty Hawk, North Caroline, Amerika Serikat. Fokker membuat gempar seluruh Jerman pada waktu ia berhasil menciptakan pesawatnya yang pertama. Pesawat ini diberi nama “De Spin” yang dalam bahasa Jerman berarti Laba-Laba (The Spider). Sayangnya pesawat udara yang diterbangkan oleh rekannya ini mengalami kecelakaan, menabrak pohon dan rusak. Pada percobaan berikutnya, dengan pesawat buatannya yang ke dua dari jenis yang sama Fokker berhasil mendapatkan license penerbangnya.

Pada tahun 1912, Fokker mendirikan pabrik pesawat terbangnya yang pertama, yang diberi nama Fokker Aeroplanbau di Johannisthal dekat Berlin. Pada waktu Perang Dunia I pecah tahun 1914 pabriknya dinasionalisasi oleh pemerintah Jerman. Tapi Anthony Fokker dipertahankan sebagai pimpinannya. Sejak itu ia berhasil memproduksi lebih dari 40 tipe pesawat terbang untuk kepentingan militer Jerman. Salah satu penemuannya yang spektakuler pada masa itu adalah sistem yang mampu mensinkronisasikan penembakan peluru senapan mesin yang dipasang dipesawat, melalui celah baling-baling pesawat yang sedang berputar.

Tahun 1918 Perang Dunia I usai dan Traktat Versailles ditanda-tangani. Di dalam traktat ini Jerman dilarang membangun industri pesawat terbang. Fokker terpaksa harus “pulang kampung” ke Negeri Belanda pada tahun 1919. Disana ia mendirikan NV Koninklijke Vlietuigen Fabriek Fokker atau Dutch Aircraft Company, yang kemudian dikenal dengan nama Fokker Aircraft Company. Tahun 1922 Anthony pindah ke Amerika Serikat dan menjadi warga negara Amerika. Disini ia mendirikan cabang pabriknya yang ia beri nama Atlantic Aircraft Corporation. Akibat persaingan yang ketat di Amerika, kekayaan Fokker berkurang sehingga ia harus pulang lagi ke Negeri Belanda dan menjadikan pabriknya disana sebagai pusat kegiatan pabrik-pabriknya yang lain. Walaupun produksi pesawat untuk penumpang terus berjalan, karir Fokker agak menurun.

The Flying Dutchman

Orang Belanda, sebagaimana halnya orang Inggeris, Spanyol dan Portugis, adalah bangsa pelaut yang tangguh. Mereka berlayar mengarungi tujuh samudera menyinggahi enam benua, termasuk benua Antartika. Di kalangan orang Belanda kuno ada sebuah tahyul atau kepercayaan mengenai The Flying Dutchman yaitu sebuah legenda tentang adanya kapal laut “jadi-jadian” atau hantu yang berlayar di lautan Atlantik dan bisa terbang. Nah, sebagai orang Belanda yang sukses dan dikagumi didalam industri penerbangan, Anthony Fokker kemudian dijuluki The Flying Dutchman. Di lautan Atlantik, kapal laut yang bisa terbang hanyalah khayalan atau tahyul, atau mungkin hanya sebuah fatamorgana anak kapal yang rindu pulang. Tapi kini, di angkasa raya sudah berseliweran banyak kapal-kapal yang benar-benar terbang melang-lang buana. Dan diantara kapal-kapal terbang tersebut adalah buatan seorang anak Belanda, Tony Fokker. Sekedar informasi tambahan, dari legenda ini lahirlah istilah klasemen dalam olahraga layar yang diberi nama klasemen The Flying Dutchman. Loyalty Program milik maskapai penerbangan Belanda, KLM, yaitu semacam Frequent Flyer Program nya Garuda, juga dinamakan The Flying Dutchman. Anthony Fokker meninggal dunia pada usia 49 tahun di rumah sakit Murray Hill, New York, karena penyakit radang paru-paru.

Walaupun sekarang pesawat jenis Fokker hampir dilupakan orang di Indonesia, ada dua hal dari nama besar Fokker ini yang terkait dengan Indonesia. Yang pertama adalah pendirinya yang lahir di bumi Indonesia. Dan yang kedua adalah bahwa pesawat jenis Fokker ini pernah merajai di hampir seluruh bandara-bandara di dalam negeri selama periode 1970 hingga 1990. Jumlah populasinya di Indonesia adalah yang terbesar ke dua di dunia, setelah Negeri Belanda. Garuda Indonesia pernah memiliki pesawat jenis Fokker series F-27 Friendship, F-28 Fellowship. TNI-AU mempunyai Fokker F-27 Troopship dan Sempati Air pernah membeli series Fokker F-100. Pabrik ini akhirnya bangkrut karena rugi dan ditutup pada tahun 1996.

Jakarta, 6 April 2010

Suhandi Taman Timur

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun