Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Refleksi Tahun Baru Hijriah, 1 Muharam 1438 Hijriah

1 Oktober 2016   23:38 Diperbarui: 2 Oktober 2016   00:07 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
selamat tahun baru 1 muharam 1438 hijriah

Semua muslim kiranya tahu, ada beberapa jenis kalender, dan salah satunya kalender Tahun Islam. Orang mengenalnya sebagai Tahun Hijriah, karena dihitung mulai hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah 14 abad silam. Namun rasanya makin sedikit saja orang Islam yang tahu, apalagi peduli terhadap tahun itu.

Hijriah, Pro-Kontra

Sudah pasti tidak berkurang keislaman kita kalaupun tidak menggunakan kalender Hijriah. Namun alangkah sayangnya, dan agak kurang  afdol rasanya. Sebab banyak perhitungan hari-hari penting Islam ditandai dengan Tahun Hijriah itu. Hari Raya Qurban, Pelaksanaan Haji, Ramadhan dan Idul Fitri, Maulid Nabi, Isra’ Miraj, dan berbagai peringatan lain.

Pada saat yang sama mungkin kita mempertanyakan berbagai ritual budaya/tradisi yang masih bertahan saat ini. Orang Jawa memperingati tahun baru Hijriah itu dengan sebutan Malam Satu Suro. Lepas dari nuansa klenik dan mistis yang sulit dibuang, perayaan dengan ‘poso mbisu muter pojok beteng’ (Yogya dan Solo), jamasan pusoko kraton dan tirakatan, yang pada masa pemerintahan Sultan Agung digunakan untuk menarik minat orang Jawa pada Agama Islam mestilah ditanggapi secara arif pula.  

Demikian pun ada yang bersikap sebaliknya. Tidak sedikit yang menyalahkan karena aktivitas tertentu terkait peringatan tahun baru Hijriah dianggap tidak ada tuntunannya pada masa Rasulullah. Amalan doa awal dan akhir tahun, puasa awal dan akhir tahun, serta memeriahkan Tahun Baru Hijriah pun memunculkan pro dan kontra.

Refleksi, Jatah Umur

Dari beberapa ilustrasi di atas saya yang awam ini, ingin menyampaikan sekadar refleksi. Pertama, bila tahun ini belum maka mulailah tahun depan, yaitu membeli kalender yang memuat di dalamnya Kalender Hijriah. Bersamaan dengan itu belilah koran yang disamping menggunakan kalender Masehi, juga menyertakan kalender Hijriah. Biasanya koran-koran lokal diantaranya PR, KR dan SM. Intinya, gunakan kembali kalender itu.

Kedua, pergunakan dalam keseharian kita nama hari, bulan, maupun angka tahun Hijriah disamping tahun Masehi. Dalam percakapan, dalam tulisan, semisal membuat surat dan catatan lain, serta terutama mengajak saudara dan teman untuk berlaku serupa. Bersamaan dengan itu perbanyaklah amal-ibadah terkait dengan tanggal, hari, dan bulan tertentu sesuai Kalender Hijriah.

Ketiga, mari terus resapi dan praktekkan kata ‘hijrah’, sebagaimana dicontohkan Rasulullah. Hijrah atau hijriah berarti berpindah, bukan saja secara fisik (dari tempat yang tidak/kurang baik ke tempat yang lebih baik, merantau mencari penghidupan yang lebih baik, dsb.); tetapi juga secara mental-spiritual. Berpindah dari malas menjadi rajin beribadah dan bermuamalah (sholat, shaum, dzikir, tadarus al Qur’an, menyantuni orang miskin, dsb.), berpindah dari mengabaikan perilaku Islami menjadi mengindahkannya, berpindah dari mendzolimi diri dengan melakukan berbagai dosa menjadi memperbanyak melakukan kegiatan yang bernilai pahala, dan seterusnya.

Keempat, bertambahnya angka tahun berarti umur kita berkurang, jatah untuk berkelana di permukaan bumi pun berkurang. Setelah itu kita akan berada di balik bumi, di perut bumi, dalam lubang sempit yang bernama liang lahat. Setiap muslim kiranya tidak ada yang berharap akan terhimpit bumi,  dan tidak pula berharap akan mendapatkan siksa kubur. Karena itulah persiapkan lebih baik dan lebih bersungguh-sungguh bekal apa yang yang diperlukan di alam barzah nanti.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun