Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bukan Perempuan Perkasa dan Melegenda, Ibuku 'Pahlawan Keluarga Kami'

27 April 2025   21:20 Diperbarui: 27 April 2025   21:20 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyebab infeksi pneumonia - kompas.com

Ibuku hanya seorang perempuan biasa. Tidak setegar dan seperkasa Mbok Yem (nama asli Wakiyem) yang dikenal puluhan tahun sebagai pemilik warung tertinggi di Indonesia, yaitu di puncak Gunung Lawu (3.150 meter di atas permukaan laut).

Mbok Yem meninggal dunia pada Rabu (23/4/2025) sekitar pukul 13.30 WIB dalam usia 82 tahun di rumahnya, Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan - Jawa Timur. Secara medis ia disebut menderita komplikasi penyakit pneumonia (infeksi paru-paru) yang tidak ditangani dengan baik, sehingga menyebar ke organ lain.

Ibuku pun sosok sederhana, tidak sepopuler dan sehebat Eyang Titik Puspa yang melegenda penampilan dan karyanya pada dunia musik dan hiburan di tanah air selama puluhan tahun.

Titiek Puspa meninggal dunia pada 10 April 2025 pukul 16.25 WIB di Rumah Sakit Medistra - Jakarta Selatan dalam usia 87 tahun. Penyebab kematiannya yaitu pendarahan otak.

Umur ibuku pun tidak sampai 'sepuh', beliau 'sedo" (Jw. meninggal) tidak sampai 50 tahun. Tetapi hal itu tidak mengurangi penilaianku dan pengakuan semua saudaraku, bahwa beliaulah pahlawan dan legenda dalam keluarga kami.

Kalau ada pembaca berusia lima puluh ke atas pernah singgah ke pojok Pasar Beringharjo (selatan, belakang), dan menemukan kuliner Gado-gado Bu Hadi, itulah tempat usaha sosok pahlawan keluarga kami.

*

Ditinggalkan seorang ibu tentu sedih, siapapun orangnya, asalkan bukan anak durhaka. Dalam usia yang belum genap 50 tahun, ibuku berpulang. Ibu yang dengan segenap kemampuan merawat, mengasuh, membesarkan, dan berjuang begitu rupa, meski dengan status sekadar 'ibu rumah tangga', tak terlupakan dan tak tergantikan dalam ingatanku.

Pada 43 tahun lalu itu saat hari-hari terakhirnya, aku sering mengantar beliau ke dokter. Menumpang becak (angkutan masyarakat saat itu), dalam jarak yang tidak terlalu jauh dari rumah kami di kawasan Pecinan belakang Malioboro. Hampir tiap hari Ibu 'dikerok' (menggunakan uang logam, hingga kulit punggung memerah). Yang dirasakannya 'masuk angin', dan mereda setelahnya.

Ungkapan 'masuk angin' (bukan istilah medis) digunakan secara umum oleh masyarakat untuk menggambarkan kondisi tubuh seseorang karena merasa tidak enak badan, antara lain pegal-pegal, perut kembung, demam, dan sakit kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun