Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Shaum Hari Kedua, Peduli Tetangga, dan Akhlak Rasulullah

2 April 2022   15:00 Diperbarui: 2 April 2022   15:04 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image caption - suasana sebuah pasar sembako di kalsel - harga bawang merah meroket-  banjarmasin.tribunnews.com

Mang Baban tersenyum, dan tak hendak berterus terang. Mungkin lain kali kuceritakan apa yang ada dalam pikiranku saat ini, ucapnya dalam hati.

"Aku berpuasa Ahad saja. Ikut Pemerintah. Mudah-mudahan bulan depan hari raya-nya bersamaan. Hingga tak perlu ada dua kali salat Idul Fitri, dengan berbagai pro-kontra yang menyertainya. . .  !"

"Aamiin. Mudah-mudahan. Perbedaan menjadi berkah. Toh, tiap keputusan sudah didasari dalil, juga keyakinan penuh si pembuat keputusan. Akar rumput tidak perlu gaduh karenanya. . . .  !"

"Setuju, Mang. Terima kasih atas pencerahannya. . . . . !"

Sore ini, jelang berbuka puasa, Mang Baban Sobandi ingin sekali mengirim makanan ke rumah tetangganya itu, Bang Wildan Si. Nasi, dan sayur, juga goreng tempe-tahu-ikan asin dan sambal. Pasti terkejut Bang Wildan, dan sangat bersyukur masih ada tetangga yang peduli pada kesulitan orang lain.

*

Tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Sepulang dari masjid setelah berjemaah Ashar, Bang Wildan justru yang nongol lebih dahulu di depan pintu rumah Mang Baban.

"Aku ada sedikit rezeki. Aku yakin ini salah satunya dari doamu, Mang.. . . . !"

"Doaku? Benarkah?"

"Doa orang saleh gampang terkabul. Terlebih untuk mendoakan orang lain. Baru saja datang seorang teman lama yang pernah meminjam sejumlah uang padaku. Ia minta-minta maaf karena lama menghilang, dan baru kali mampu mengembalikan pinjamannya, dan. . . . . . . !"

Bang Wildan menyelipkan dua lembaran uang warna merah ke saku kemeja Mang Baban. Begitu saja dan segera balik kanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun