Ketiga, tentukan teman lebih sempit dan khas. Tema lebih spesifik dan lebih terarah (daripada topik) dalam membahas suatu permasalahan. Tentukan juga perkiraan jumlah kata yang hendak ditulis. Untuk awalnya mulailah menulis pendek, sekitar 250 kata.
Keempat, upayakan menulis penuh minat dan semangat. Selain pernyataan dan opini, juga tambahi gambaran (setting waktu-tempat-suasana hati dsb), bagus juga ada dialog (meski tidak sama persis dengang kejadiannya). Meski nada-tempo-jenis suara tidak sama, setidaknya pilihan kata, intonasi, dan mimik/ekspresi wajah dapat digambarkan.
Kelima, lengkapi tulisan seperti jurnalis membuat berita, yaitu unsur 5 w + 1 h, yaitu what, who, when, where, why, dan how. Tentu diri sendiri juga diperkenalkan/diceritakan. Lalu, isilah materi tulisan dengan hikmah, harapan/prasangka baik, keikhlasan-kejujuran-kerendah hatian, dan keimanan sebagai mahluk.
Keenam, bercerita tanpa perlu lawan bicara, lebih cermat dalam hal keterampilan berbahasa (mendengar/menyimak, melihat/membaca, bicara, dan menuliskannya), dan mempertajam ingatan (mengandalkan hafalan, tanpa catatan). Yang penting untuk disadari: menulis itu mengasyikan, menyehatkan jasmani/rohani, dan mudah-mudahan bernilai pahala. Insyaa Allah.
Ketujuh, mulailah menulis pengalaman sendiri. Berteori terus tidak berguna, apalagi tidak menghasilkan tulisan apapun. Yang terbaik pastilah dengan secepatnya menulis, sambil memegang prinsip: tak malas belajar dari kesalahan.
*
Saya menulis di platform opini Kompasiana (K) sejak 7 tahun lalu. Kini jumlah tulisan 800 judul lebih. Diantara waktu itu, sekitar 1 tahun pernah menulis pula di Seword. Jumlah tulisan di sana sekitar 150 judul. Baik opini maupun fiksi (cerpen dan puisi). Total hampir 1.000 judul. Â
Di K, rutin pada bulan Ramadan ada penulisan maraton. Tema, aneka pengalaman maupun tanggapan terhadap pelaksanaan shaum dan amal-ibadah Ramadan. Menulis pengalaman sendiri menjadi tema dominan. Itu sebabnya aktivitas mengungkit dan menggali kembali berbagai pengalaman silam (masa kecil-remaja-dewasa) boleh dikatakan rutin. Tahun 2020 saja saya tidak ikut event di K lantaran konsentrasi pada tarawih di rumah.
Bila menulis pengalaman pribadi (dalam tulisan terpisah-pisah) sudah lancar, kiranya tak sulit meningkatkan tantangan  dengan menulis autobiografi, atau bahkan biografi orang lain.
Nah, itu saja. Semoga bermanfaat. Mohon maaf bila ada yang kurang/tidak pas. Wallahu a'lam. ***
Sekemirung, 29 Mei 2021 / 17 Syawal 1442
Sugiyanto Hadi