Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mencemooh Pasien Covid-19 dan Protokol Kesehatan? Tunggu Giliranmu

27 September 2020   06:55 Diperbarui: 27 September 2020   07:02 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pengobatan pasien covid-19 - palu.tribunnews.com

Beberapa bulan terakhir kita dikejutkan oleh banyak kematian mendadak. Penyebabnya tertular virus korona. Kematian lain juga banyak, tetapi pemberitaannya tidak segencar kematian akibat Covid 19. Bahkan tiap hari ada laporan secara nasional jumlah orang tertular, sembuh, dan meninggal dunia.

Diantara pasien Covid-19 yang meninggal ada mantan pejabat, pejabat, orang-orang terkenal, dan bahkan para dokter dan tenaga medis lain yang tertular dari pasien korona. Kematian para dokter (diantaranya para guru besar dan dokter spesialis, serta paramedis) tampaknya paling dirisaukan. Sebab merekalah garda terdepan dalam menangani pasien Covid-19. Keprihatinan dan empati mendalam segenap lapisan masyarakat tertuju pada keluarga mereka.

Namun, ada saja orang justru mencemooh oang sakit maupun meninggal karena korona. Mencemooh secara langsung maupun via media. Cepat berprasangka dan mendoakan buruk. Bahwa mereka yang tertular semata-mata lantaran abai terhadap protokol kesehatan. Padahal apapun sebab dan latar-belakang seseorang tertular, tanggapan seperti itu tidak etis, sarkas, dan keji.

Mungkin orang-orang berhati tidak bersih itu merasa diri tidak akan tertular. Padahal belum tahu kapan berakhir. Bahkan, banyak orang dalam keseharian sudah sedemikian hati-hati dan ketat mengikuti protokol kesehatan masih juga tertular.

*

Protokol kesehatan pun menjadi obyek cemoohan. Sadar maupun tidak sadar. Banyak keluar rumah tanpa masker, tidak menjaga jarak, tidak rajin cuci angan menggunakan sabun, serta tidak menjaga jarak aman; dianggap hal biasa. Toh selama ini aman-aman saja, sehat-sehat saja.

Sikap itu diambil mungkin karena rasa jenuh berbulan-bulan terkungkung belenggu kekhawatiran. Barangkali juga sejak awal tidak peduli. Padahal bersikap tidak hati-hati dan cenderung sembrono sangat fatal akibatnya.  

Tiga berita berikut menandai sikap mencemooh ganasnya penularan Covid-19, pesien tertular, maupun protokol kesehatan yang ada:

Berita dari Kota Tegal menyebutkan, Wakil Ketua DPRD Wasmad Edi Susilo nekat menggelar konser dangdut meski dalam kondisi pandemi corona. Akibatnya, konser yang digelar untuk memeriahkan acara pernikahan dan khitanan anaknya di Lapangan Tegal Selatan pada Rabu malam (23/9/2020) memicu kerumunan massa.

Kerumunan itu besar tersebut membuka celah penularan dan penyebaran Covid-19. Wasmad agaknya menyepelekan kemungkinan terburuk yang bakal dialami warga kotanya.

Sementara itu dari Berau dan Kupang diberitakan: Bupati Berau H Muharram (52) tertular Covid-19. Tidak lama kemudian meninggal dunia di Rumah Sakit Pertamina, Balikpapan, pada Selasa (22/9/2020). Tiga minggu sebelumnya Muharram dinyatakan positif Covid-19. Sebelumnya ia mendampingi Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo (baru sembuh dari korona) melepasliarkan 300 ekor tukik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun