Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Rezeki Tak Terduga (2)

26 Agustus 2020   17:17 Diperbarui: 26 Agustus 2020   17:15 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buruh gendong - suara.com

"Kami sudah sering mendengar cerita nge-prank. Bikin kejutan, lelucon, dan membuat orang malu. Lalu diunggah di Youtube. . . . .  ," tambah Yu Saripah.

Pasangan muda itu pun tertawa.

"Iya, sih. Kami hanya nge-prank, supaya kalian senang. Padahal bohong. . . . . hahahahh!" ucap si Neng dengan ringan.

Keduanya segera naik ke dalam mobil, bergegas, dan mobil bergerak. Yu Saripah dan Mujilah tertegun, dan tidak bisa bicara apa-apa. Keduanya terdiam, dan hanya membatin: "Bahkan ongkos buruh gendong pun lupa mereka bayar. Lagaknya saja seperti orang kaya. Ohh, mungkin memang belum rezeki. . . .  !"

Setelah berjalan sekitar dua puluh meter, mobil itu berhenti. Si Neng ke luar mobil dan melambaikan tangan. Cepat Yu Saripah dan Mujilah mendatangi. Entah apa yang diucapkan Si Neng, kedua buruh gendong itu masuk ke dalam mobil yang segera berjalan kembali.

*  

Seminggu kemudian Yu Saripah dan Mujilah duduk manis pada sebuah kios kecil di luar pasar dekat rumah mereka. Itu hari pertama mereka berjualan sembako. Dagangan mereka nilainya dua juta rupiah dari pembelian Abang dan si Neng yang baik hati tempo hari. Bahkan sewa kios selama setahun pun mereka yang membayari.

Sesuai kesepatakan, seminggu pertama mereka akan menunggui kios bersama. Sambil bepajar mengelola kios.  Seterusnya bergantian tiga hari sekali. Satu orang menungggu kios, satu orang meneruskan pekerjaan sebagai buruh gendong.  

Waktu itu keduanya betul-betul merasa di-prank. Pasangan muda yang ternyata Youtuber itu mengulurkan tangan untuk mengubah nasib si buruh gendong. Dua juru kamera yang bersembunyi sejak awal mengikuti perubahan wajah maupun sikap Yu Saripah dan Mujilah. Dan semua itu bukan berakhir sedih, tetapi sebaliknya. Senang, dan tak habis-habis keduanya bersyukur mendapati rezeki tak terduga. . . . ! *** (Selesai)

Sekemirung, 25-26 Agustus 2020

Keterangan:
1. "Sampun mboten menopo-menopo, Mbak. Lumrah bakul golek bathi sing akeh. Mugo-mugo langanane ora enthek mergo podo mlayu. . . . . !"  (Jw, "Sudahlah, tidak apa-apa, Mbak. Lumrah, pedagang mencari keuntungan yang banyak. Mudah-mudahan langannya tidak habis lantaran pindah ke penjual lain. . . . !")

2. "Nah, rak ngono . . . !"  (Jw, "Nah, 'kan gitu. . . . !")

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun