Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Jumawa Membiarkan Diri Tertular

29 Juli 2020   17:41 Diperbarui: 29 Juli 2020   17:33 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Covid-19 - aceh.tribunnews.com

Hampir 6 bulan virus corona merajalela. Menyebar ketakutan, kengerian, dan rasa was-was. Rasa khawatir yang berlebihan memang tidak perlu. Namun, sikap lain kerap dianggap mengabaikan, kurang peduli, sembarangan. Padahal pemberitahuan dan peringatan mengenai protokol kesehatan sudah disebarluaskan, betul-betul luas, dengan berbagai cara.

Kalau masih ada yang jumawa merasa diri kebal dan tak mungkin tersentuh Covid-19 ya silakan saja. Ambil keputusan sendiri, dan bila tertular jangan menyalahkan orang lain. Terlebih bila bukan hanya diri sendiri terkena melainkan seluruh keluarga, orang-orang terdekat : suami/isteri, anak-anak, orangtua, keluarga dekat, dan mungkin juga tetangga. Jangan mencari-cari kambing hitam.

Ancaman virus itu nyata. Bukan hanya orang biasa (awam dalam hal kesehatan), sejumlah dokter pun --yang tahu persis bagaimana melindungi diri- meninggal karenanya. Maka lebih baik siap-siaga, dan selalu waspada. Jangan berpendapat orang-orang yang mengenakan masker, yang rajin cuci tangan dengan sabun, dan terus menjaga jarak dengan orang lain sebagai sikap yang berlebih-lebihan.

Mudah-mudahan kita tidak bosan diingatkan dan mengingatkan diri sendiri maupun keluarga. Pasar, jalan raya dan tempat-tempat umum boleh saja makin ramai. Jangan terpancing euforia itu. Terutama anak-anak dan orang lanjut usia. Sebab keduanya lebih rentan tertular.

***
Berita di koran dan media elektronik masih hangat menyebutkan wabah belum usai. Klaster-klater baru bermuncul. Pertahankan sikap jaga jarak, cuci tangan menggunakan sabun, mengenakan masker, dan lebih banyak di rumah saja, masih harus dilanjutkan, dan bahkan diperketat. Sementara sikap warga yang tampak di beberapa tempat seperti kurang peduli lagi.

Berita bertambahnya klaster baru menambah rasa was-was. Beberapa waktu lalu terjadi klaster baru di salah satu lingkungan pusdik TNI. Menurut media: Dari awalnya hanya ratusan orang yang terkonfirmasi, data terbaru tercatat telah mencapai 1.280 orang di Secapa AD dinyatakan positif corona. Dari jumlah itu, terdiri dari 991 perwira siswa, 289 staf atau anggota, serta keluarga dari Secapa AD.

Klaster lain bermunculan, diantaranya di rumah ibadah. Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, ada sembilan klaster Covid-19 di rumah ibadah DKI Jakarta. Klaster ini memunculkan 114 kasus positif Covid-19. Tiga klaster ada di gereja dengan 29 kasus, masjid tiga klaster 11 kasus, asrama pendeta satu klaster 41 kasus, pesantren satu klaster 4 kasus, dan tahlilan satu klaster 29 kasus.

*

Maka alangkah naf dan menjengkelkan bila masih ada yang tidak percaya keberadaan dan ancaman serius wabah virus Corona.

Terkait dengan sikap jumawa orang terhadap virus Corona diceritakan seorang dokter asal Texas. Ia  menceritakan kisah tragis dari pasiennya yang tidak percaya keberadaan virus Corona. Pasien itu nekat menghadiri pesta COVID-19 yang dibuat oleh seseorang yang sudah terinfeksi virus itu. Tuan rumah mengundang para tamu untuk membuktikan apakah mereka akan tertular Corona atau tidak.

Selang beberapa waktu setelah ia menghadiri pesta tersebut, sang pasien mulai merasa sakit dan pergi ke rumah sakit. Ia dinyatakan positif terinfeksi Covid-19, dan akhirnya meninggal dunia. 

Di negeri kita,ada beberapa orang yang mengaku kebal dari virus Corona. Ada pula beberapa peristiwa terkait jenazah pasien yang meninggal karena Virus Covid-19. Satu diantaranya terjadi pada sebuah kampung di Desa Waru.

Tak kurang 15 warga dikonfirmasi positif Covid-19 serentak di sana. Saat pelacakan penyebabnya diketahui, belasan warga itu membuka plastik dan memandikan jenazah pasien positif Covid-19. Meski  pasien telah dinyatakan meninggal karena terinfeksi virus corona, pihak keluarga bersikeras membawa pulang untuk menguburkan sendiri jasad tersebut.
***
Nasihat untuk kita masih sama: jangan merasa diri kebal dari tertular, jangan jumawa. Bila seseorang terlanjur tertular berarti orang itu membiarkan seluruh keluarganya ikut tertular pula.

Nah, sekarang bagaimana kita harus bersikap? Tertular merupakan ancaman yang kerap tak terhindarkan. Sulit diduga, dan tidak mudah diprediksi meski sudah begitu rupa menjaga diri. Tetapi sikap pasrah sangat tidak dianjurkan.

Maka jalan tengahnya tetap mengikuti protokol kesehatan. Meskipun demikian aktivitas ibadah jangan sampai kendur, masjid jangan dibiarkan sepi. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 14 -- 29 Juli 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun