Ia tidak punya tanda-tanda tertular, tetapi ada virus di tubuhnya dan berpeluang untuk menularkannya kepada orang lain. Nah, hal ini yang mengharuskan tiap orang makin waspada.
Dengan kata lain, daripada tertular memang lebih baik menghindar sejauh-jauhnya. Hindari kerumunan, hindari bersentuhan, hindari berdekatan dengan orang lain, yang kemungkinan telah tertular, atau menjadi carrier virus tersebut.
Seorang ahli epidemiologi di University of Texas Lauren Ancel Meyers mengatakan, pasien mungkin terinfeksi tanpa menunjukkan gejala selama 5 hari atau lebih.
Tegasnya begini, daripada menyesal setelah tertular maka tindakan kehati-hatian tingkat tinggi harus dilakukan. Hindari kerumunan, termasuk salat berjamaah di masjid.
*
Kalaupun hati merasa kurang afdol meninggalkan salat wajib dan salat Jumat berjamaah di masjid, maka lakukan dengan sangat lebih hati-hati dan waspada. Persingkat waktu di dalam kerumunan. Itu berarti salat (sunnah) rawatib lebih baik di rumah. Salat wajibnya saja di masjid.
Tindakan prefentif lainnya yaitu wudhu dan cuci tangan pakai sabun, kenakan masker dari rumah, membawa sajadah atau mukena sendiri, tidak bersalaman dengan siapapun, persingkat doa dan zikir, serta waspadai orang di sekeliling, yang batuk, flu, atau tampak sakit.
Jika ada jamaah yang terindikasi demikian, usahakan hindari dan pilih tempat lain, karena tidak mungkin berprasangka buruk, dan apalagi mengusir orang lain.
Dari pihak masjid sendiri, mesti mempersingkat khotbah maupun bacaan salat. Tak perlu berlama-lama, asalkan syarat dan rukunnya sudah terpenuhi tanpa meninggalkan kekhusyukan. Doa bersama bisa dilakukan juga agar negeri ini segera dijauhkan dari segala marabahaya, termasuk wabah penyakit akibat virus Corona.
*
Khusus mengenai isi khotbah, kiranya para khotib perlu menambahkan materi khotbah dengan penjelasan dan sosialisasi mengenai bahaya dan penularan virus corona supaya masyarakat juga paham.