Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Penting Tayangan Jati Diri Bangsa, tapi TVRI Perlu Penonton

4 Februari 2020   23:58 Diperbarui: 5 Februari 2020   00:01 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto tua gedung TVRI Nasional Jakarta | dok. Kompas

Ketika di Bandung, Jawa Barat, kesenian daerahnya ya angklung, calung, gamelan, dan wayang golek. Siaran mengenai budaya daerah dan maupun liputan lain yang terkait dengan kesenian maupun budaya ada sepanjang minggu. 

Selain kesenian ditampilkan pula aneka budaya daerah dalam materi acara reportase, features, liputan berita, maupun siaran langsung. Acara-acara ceremonial di daerah hampir selalu menyerakan pertunjukkan budaya, baik dari sisi kesenian, pakaian adat, bahasa maupun konteks kedaerahannya.

Sedangkan dari sisi bahasa, pada awal tahun 2000-an stasiun TVRI Daerah menambah jam siaran berita dalam bahasa daerah masing-masing.

Kalau kita berada di daerah, terlebih yang pemancar tv swastanya tidak mencapai daerah itu, tayangan TVRI berbasis seni-budaya-bahasa dan kearifan lokal masih mendapatkan pemirsanya. Terkecuali di daerah yang warganya sama sekali tidak ada signal televisinya. Mereka berusaha keras menggunakan parabola.

Gambaran isi tayangan di atas masih ada dan bertahan sampai sekarang. Ada memang kerutinan, yang tentu berdampak pada kejenuhan. Tetapi bila yang dikejar semata "tayangan jati diri bangsa" TVRI -dengan 30 lebih stasiun daerah serta TVRI Nasional- dipastikan lebih unggul dibandingkan tv swasta manapun.

*

Persoalan mendasar kemudian adalah isi dan kreasi tayangan tv swasta lebih memikat. Generasi milenial ternyata lebih memilih tayangan tv swasta. Dan itu sebabnya dobrakan Helmy Yahya terasa sangat kena, logis, dan tidak bisa tidak.

Di tangannya TVRI mulai merombak acara maupun siaran secara besar-besaran. Helmy Yahya sebagai Direkur Utama dan Apni Jaya Putra sebagai direktur program TVRI, yang dilantik pada 2017. TVRI mulai menunjukkan kemampuan mereka dalam menggiring kembali minat penonton ke layarnya. Tayangan unggulannya yaitu pertandingan sepakbola internasional, bulutangkis, hingga tayangan Discovery Channel, dari tahun 2018 hingga 2022 mendatang.

Perombakan itu meski berpengaruh pada alokasi anggaran untuk berlabel "tayangan jati diri bangsa", tetapi dari sisi jumlah penonton terus meningkat. Urusan berikutnya tenu mengembalikan kuantitas dan kualitas tayangan seni-budaya-bahaya daerah serta nasional dengan tampilan yang lebih kekinian.

*

Pendek kata, dobrakan Helmy Yahya sudah selayaknya dilakukan dan didukung. Buktinya penonton melirik kembali tayangan TVRI. Tinggal bagaimana ke depan berbagai pembenahan, agar tuntutan akan tayangan yang sesuai dengan jati diri bangsa terpenuhi. Sementara itu, tv swasta pun tidak bisa lepas tangan akan tanggungjawab mereka untuk mendukung program TVRI itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun