Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pemulung dan Segayung Air Keran (Tiga)

16 Januari 2020   21:45 Diperbarui: 16 Januari 2020   22:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
segayung air keran--niaton.com

Keduanya bergegas ke sebuah taman kota. Mencari tempat rindang untuk menikmati keberuntungan mereka hari itu.  Dua lembar uang merah, ditambah dua bungkus nasi dan es teh dingin manis gratis. Ohh, indahnya hidup ini. . . .!

"Bismillah. . .. . !" ucap Rusmina mengawali doa. Diikuti Yu Sawiji. Dan keduanya makan dengan lahapnya.

*

Setelah kenyang keduanya beristirahat.  Keduanya duduk berjauhan, masing-masing di bawah pohon rindang di trotoar jalan, bersandar pada bungkusan besar berisi aneka rongsok dan kardus. Dan tak lama keduanya seperti terayun-ayun antara sadar dan lelap oleh kantuk, letih, dan kenyang menjadi satu.

Dalam terlelap itu Yu Sawiji bermimpi seperti bertemu dengan orang setengah tua yang memangil-manggilnya. Tersenyum dan hendak memberikan sesuatu. Tidak ada sepatah kata pun diucapkan.

Yu Sawiji tiak tahu siapa perempuan setengah tua  itu. Ia berpikir keras. An saat itu ia terbangun. Lalu melihat ke sekeliling. Tapi Rusmina tidak ada. Karung plastik saja yang ditinggalkan.

"Min. . .  Min. . .! Tertidur ya?" seru Yu Sawiji dengan suara geragapan. Di bawah pohon sebelah tidak ditemukannya Rusmina. Hanya karung plastik besar yang tertinggal di situ. 

Yu Sawiji terjingkat kaget, langsung berdiri, dan menebar pandangan ke sekeliling. Berlari ke sana -- ke mari. Memanggil-manggil Rusmina dengan suara keras. Tapi gadis 9 tahun itu tidak tampak di matanya.

*

Rusmina bersembunyi di balik barang-barang sebuah toko. Ia ingin menguji hati emaknya, apakah betul ia anak perempuan itu. Karena beda umur hanya 15 tahun. Jadinya seperti kakak dan adik, bukan seperti ibu dengan anak.

Ia melihat dari kejauhan emaknya berlari pontang-panting sambil memanggil-manggil namanya. Tampak sekali ia sedih dan bingung bercampur aduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun