Wak Ja'far terkekeh. "Asyiknya di mana, Kang? Pernah dulu kendaraan dari Banjar hingga Pangandaran macet total, tidak bisa bergerak. Pangandaran jadi lautan manusia. Tidak ada tempat yang tidak dipenuhi orang-orang yang berlibur Lebaran. . .!"
"Tapi kita mau pulang kampung kemana, Wak? Sengsaran betul menjadi jomblo miskin begini ya?"
"Jangan mengeluh. Jomblo miskin juga manusia, tidak beda dengan rocker. . . . heheheh!"
"Hahaha. . . manusia sengsara, tanpa guna, tersia-sia. . . . hahaha. . .!"
Dua lelaki itu terdiam saja di sudut pos ronda. Papan catur sudah tergelar di hadapan, namun semangat bermain seperti tidak ada. Jelang Isya' itu Mbak Murwo sudah mengemasi dagangannya. Tidak bisa pesan kopi panas dan rokok seperti biasanya.
Tak lama kemudian Mas Bejo datang. Lalu nimbrung bicara. "Lebaran mendatang bakal banyak warga yang pulang kampung. Bahkan Mang Oboy yang selalu kita mintai tolong menjaga keamanan juga mau pulang kampung. Pasti kompleks perumahan sepi tanpa penghuni, rawan pencurian jadinya.. . . . . !"
"Kompleks kita bakal kosong ditinggal semua penghuninya. . .!"
"Nah, ini usul saja, mungkin setuju. Bagaimana kalau Kang Murbani dan Wak Ja'far menggantikan tugas Mang Oboy. . . . !"
Kang Murbani dan Wak Ja'far hanya tertawa lebar. Itu pasti tawaran yang menarik. Bisa main catur sepanjang hari. Sementara logistik terpenuhi, ada uang saku, tidak perlu capek-capek naik motor ke luar kota. Pokoknya asyik. . . . .!
"Tapi kami akan ke pantai Pangandaran, Mas Bejo. Sudah sangat lama kami tidak ke pantai. Siapa tahu di sana nanti kami ketemu jodoh. . . .!" ujar Kang Murbani begitu saja sambil tertawa. Â Pernyataan itu lebih pada ungkapan menjaga harga diri. Meski hanya bekerja serabutan sebagai makelar dan pengurusan berbagai surat dan urusan lain, tapi tidak untuk menjadi petugas keamanan. Jawaban itu diam-diam juga disetujui Wak Ja'far.
Mas Bejo ikut tertawa, dan tidak kalah keras. Jawaban itu memang sangat diharapkannya. Ia mendapatkan alasan pada isterinya Bu Tin dan warga untuk tidak pulang kampung. Lebaran kali ini keuangan mepet. Padahal ongkos pulang kampung dengan aneka keperluan lain di sana tidak pernah sedikit. Ia harus realistis dan berhitung soal prioritas.