"Rupanya para tetangga kita lebih memuji pemerintah daripada oposisi. Heran aku!" ucap Bro Frans pada isterinya, sepulang dari pos ronda. Ia meletakkan nasi goreng yang dibelinya dari pedagang keliling si Gondes.
"Mereka tidak salah. Pemerintah melaksanakan banyak program, sementara oposisi hanya bikin komentar dan komentar negatif saja setiap kali. . .!" jawab Rasmila --isteri Bro Fans- yang asli warga Sukabumi. Si isteri tentu berpikir lebih jernih, ia lulusan SMA dan bekerja sebagai tenaga honorer di kantor pemerintah.
"Maksudmu bagaimana?"
"Ya, bikinlah program untuk rakyat. Kecil-kecilan pun cukuplah. Yang penting dekati rakyat dengan penuh simpati. Perhatikan kepentingan mereka meski kecil. Bukan malah terus bikin nyinyiran yang sering mengada-ada. . . . . !"
Bro Frans mengangguk-angguk. Tidak sepenuhnya paham, tapi ia percaya saja ucapan isterinya. Tanggal tua, uang saku terkuras habis, maka nasi goreng pun dimakan berdua. Sedangkan anak mereka sudah dibelikan bubur ayam.
"Berkomentar terus saja tiap hari kok tidak bosan-bosannya, tidak capek-capeknya. Bagaimana rakyat mau bersimpati. . . . !" gumam Rasmila seperti pada dirinya sendiri.
*
Sementara itu Kang Murbani dan Wak Ja'far sedang bingung mencari acara selama lebaran. Mereka tidak punya sanak-saudara di kampung. Kalaupun ada bukan di kampung, tetapi di Jakarta. Maka mereka merencanakan membuat acara sendiri.
"Libur lebaran kita bisa main catur di pantai Pangandaran. Asyik sekali pasti ya?" usul Kang Murbani dengan penuh semangat.
"Naik apa?"
"Motor. Apalagi? Seperti orang-orang yang mudik. Bawa dos-dos dan tas perbekalan. Anggap saja Pangandaran kampung halaman kita. Asyik pasti!"