Mohon tunggu...
Sugiyanta Pancasari
Sugiyanta Pancasari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Cerita dan Catatan" Yang tak boleh menua, dilumat usia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Teruntuk Beeswe

9 Maret 2021   01:11 Diperbarui: 9 Maret 2021   01:31 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

bait demi bait kata meluncur ramah di antara riuh sunyi,
menjentikkan percik hangat dan rindunya sepenuh hati

kita yang bersua dalam batas maya, bersanding kata, tanpa tangan dan mata,
terdiam mengeja

sudah ribuan rencana kita tuliskan di antara mimpi yang telanjur melapuk ditelan kantuk ditikam usia

dalam hati sedalam palung, suara batin kita bergaung, pintu dan jendela terbuka namun sepi yang bertumbuh,
selain hasrat kita yang tak terrengkuh,

dan,
pada dingin gigil kesendirian, cinta dan hati disatukan rekat ikat tangan sahabat yang terus terkait erat, meski entah, kapan semesta akan menyatukan kita punya hasrat.

semoga tak letih-letihnya tanganmu hangat mendekap perih rinduku yang tumbuh pesat dan jangan biarkan sulur-sulurnya merambat dalam jalan sesat.

Jogja, 8 Maret 2921
Puisi Sugiyanta Pancasari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun