Mohon tunggu...
Sugiyanta Pancasari
Sugiyanta Pancasari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

"Cerita dan Catatan" Yang tak boleh menua, dilumat usia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mulai Detik Ini

26 Januari 2021   21:19 Diperbarui: 26 Januari 2021   21:32 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi SUGIYANTA PANCASARI

Mulai detik ini, aku berharap kau tak  bersedih jika waktu tak lagi berbaik hati, sebab sebentar lagi segala cerita, kisah-kisah, dalam rangkaian hari-hari akan segera terhenti. Kau akan pergi, akupun demikian, bukankah tiga tahun sudah cukup bagimu mengemas kenangan dan memenuhi sudut-sudut ruangan dan lembar-lembar hati, tempat mimpi-mimpimu disemaikan?

Juga jangan cemaskan, bila hari-hari ke depan, kau akan dipenjarakan kesendirian. Mungkin awalnya demikian, tetapi sungguh, saat kau ayunkan kakimu memulai meniti kemungkinan-kemungkinan akan kau temui, seperti kuncup mawar atau melati, setia merekahkan diri, saat matahari mengecupnya dengan tulus dan hangat.

Kepergian dan perpisahan adalah dua kata yang membuat dada kita sesak, mata kita sembab, dan hati kita terasa ngilu, dicabik-cabik rasa haru, di antara denting ranting terjatuh, hanya oleh embusan angin yang mendesir,
     "Jaga dirimu baik-baik, ya,!" bisikmu lirih.
     "Iya, percayalah, aku akan baik-baik saja," jawabku tersedu.

Kau harus belajar memahami sunyi, bersahabat dengan segala keluh, bahwa kesendirian akan lebih mudah menuntunmu, menopang rapuhmu, dan berdiri tegak akan memperluas cakrawala pandangmu, hijau lembah dan ngarai, bukit-bukit membiru, awan dan mega berarak, seolah semua hadir sebagai harapan baru, mimpi indah yang setia mengisi hari-harimu.

Aku tahu rindu akan mengepungmu, menjerat kedua sayapmu, dan mengungkung hasrat di hatimu. Kau berhak untuk menangis, di setiap kau mau, sebab air mata diciptakan untuk membuang kerinduan, membawanya kepada kenangan, tempat jiwamu mengembara dan bertualang, seperti seekor elang yang melanglang di angkasa biru.

Pelan tapi pasti, kau akan terbiasa, dan di langkah kakimu yang semakin kokoh, telah bertumbuh tunas-tunas baru dan menjadi tugasmu untuk merawatnya, dengan cintamu yang tulus, agar di Padang yang luas, tempatmu bertarung melawan tantangan-tantangan baru, kau semakin tegar, lincah menghindar, dari anak panah yang lapar dan nanar.

Percayalah, perjuanganku kurang lebih sama, dan bila suatu hari nanti, semesta mempertemukan kita, tunas baru itu sudah pasti menjelma menjadi batang yang kokoh, kuat dan keras, tempat kita bersandar dan bersabar, menyongsong hari, menjemput mimpi dan cinta yang lebih besar.

Jogja, 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun