          Penerapan protokal kesehatan di saat pandemi menjadi kendala di berbagai kegiatan .Adanya  larangan  berkerumun ,menjaga jarak dan pembatasan skala wilayah  membuat sebagian orang enggan untuk beraktifitas diluar rumah .Dampak dari situasi ini menimbulan kejenuhan bagi sebagian orang , namun bagi orang yang kreatif selalu ada usaha  mengisi waktu dengan aneka kegiatan misalnya  ada yang menanam sayuran hidroponik  ,merawat bunga hias  dan beternak hewan seperti ternak jangkrik , ikan hias dan lain –lainya.Aktifitas tersebut selain untuk mengisi waktu ternyata dapat mendatangkan penghasilan . Diantara jenis kegiatan tersebut ,bunga hiaslah yang banyak peminatnya.
       Sejak  dulu tanaman hias merupakan bagian kebutuhan hidup setiap orang, dapat kita amati hampir setiap rumah menanam bunga hias untuk mempercantik pandangan pekarangan ataupun kiri kanan bagunan.Jika dikalkulasikan memang kebutuhan bunga  sangat besar jika diamati dari jumlah rumah maupun bangunan sekarang ini ,sehingga peluang bunga hias menjadi komoditas sangatlah wajar ,walaupun tidak semua penduduk memiliki  bunga dari membeli.
       Akhir–akhir ini tanaman hias memiliki harga tinggi dan pangsa pasar luas, hal ini menjadi daya tarik sendiri bagi pecinta bunga. Jenis bunga yang semula tidak lakupun sekarang dirawat dan dikembang biakkan  oleh pencinta bunga maupun para kolektor karena memiliki nilai jual  .
       Didukung adanya peluang tersebut  membuat  kolektor bunga semakin diatas angin menentukan  harga jenis bunga yang sedang Tren . Seperti bunga Janda bolong (Monstera) yang populer di tahun 2020 harganya masih jutaan rupiah , Bambu hoki (Lucky bamboo ) kisaran harga dari .30 ribu sampai ratusan ribu, Aglonema beragam harganya dari 30 ribu samapai jutaan rupiah. Tidak hanya pedagang bunga yang mendapat pundi –pundi uang penjual kompos ,penjual pupuk dan pedagang pot pun ikut menikmati hasilnya, sehingga roda perekonomian berputar baik tingkat lokal maupun nasional.
