Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Etos

13 Juli 2010   01:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:54 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin judul ini terasa aneh. Sungguh, suatu yang sangat menggelikan, bahkan mungkin memalukan ketika mengikuti pemberitaan di beberapa stasiun televisi, pada hari Senin 12 Juli 2010.

Kata ETOS biasa disangkutkan dengan komitmen dan motivasi seseorang terhadap tanggung jawab yang diemban. Sesuatu yang menjadi tanggung jawab seseorang, menuntut pertanggungjawaban penuh dari personil yang diberi amanah. Untuk itulah semua orang yang diberi tanggung jawab tertentu, sudah semestinya menjalankan tanggung jawabnya dengan sepenuh jiwa. Harus bisa menyingkirkan semua kepentingan lain, baik kepentingan pribadi maupun golongan yang bisa memberatkan beban.

Ketika mencermati berita di televisi, pada tanggal 12 juli 2010, saya dan anak-anak saya dibuat tertawa terbahak-bahak. Mengapa? Berkali-kali diberitakan kejadian sidang DPR yang ditunda berkali-kali karena kehadiran anggota dewan yang terhormat tidak memenuhi quorum. Selain itu yang lebih membuat terpingkal-pingkal adalah pemandangan di Istana Negara. Para menteri dan pejabat lainnya terkantuk-kantuk dan bahkan tertidur ketika mendengarkan penjelasan dari salah satu unit kerja bentukan Presiden SBY.

Rasanya sangat naif jika alasan menyaksikan siaran langsung final Piala Dunia menyebabkan para pejabat dan anggota dewan yang terhormat terkantuk-kantuk dan bahkan tertidur ketika menjalankan tugas. Saya membandingkan dengan keadaan di sekolah-sekolah, yang pada hari itu juga memulai tahun pelajaran baru. Para guru dan murid melaksanakan kegiatan dengan antusias, tidak terkesan rasa lelah karena menyaksikan final Piala Dunia, meskipun saya yakin hampir semua guru juga menyaksikannya.

Kalau diperbandingkan adalah sangat aneh. Mereka yang menerima gaji 20 kali lipat dari yang diterima guru (apalagi guru honorer)  menunjukkan sikap memalukan di ruangan yang terhormat; ruang sidang dewan, dan Situation Room Istana Negara republik Indonesia. Malu sekali ketika kemudian saya mendengar komentar beberapa tetangga. Para petani dan buruh kasar mentertawakan realita yang terjadi di gedung yang terhormat.

Malu..............................

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun