Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pancuran Pitu Baturaden

23 Juni 2013   14:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:33 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 22 Juni 2013, bersama siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gedangsari Gunungkidul, setelah mengunjungi Owabong dan Taman Reptil Sanggaluri di Purbalingga, kami bergerak menuju Wana Wisata Baturaden di lereng Gunung Slamet. Tiba di lahan parkir Baturaden sebelum dhuhur, dengan bekal makan siang masing-masing para siswa bergerak menuju pintu gerbang wana wisata sejauh 200 meter dengan berjalan kaki. Beberapa siswa dan guru yang merasa tidak sanggup mendaki, memilih naik angkutan dengan ongkos Rp. 2000. Setelah makan siang dan sholat, kami berpencar di dalam area wana wisata Baturaden sesuai yang diminati. Beberapa siswa berkeinginan menuju ke Pancuran Pitu yang letaknya agak jauh di atas. Namun setelah menjumpai keterangan abhwa jarak yang harus ditempuh sejauh 2,5 km; sebagian peserta memilih berhenti di dekat telaga tempat Sepeda Air. Akhirnya 21 siswa didampingi 7 orang pendamping melanjutkan perjalanan melintasi jalur di tengah hutan damar berkelok-kelok hingga di loket masuk ke objek Pancuran Pitu. Harga tiket masuk sebesar Rp. 7.500,- ditawar oleh kawan saya maka cukup membayar Rp 5000, per orang. Dari loket masuk hinggga pancuran ini berjarak 200 meter dengan lintasan berupa tangga beton menurun. Perlu berhati-hati, karena lintasan ini senantiasa basah, sehingga licin. Rasa capek selama menempuh perjalanan menerabas hutan damar terobati, begitu melihat uap air yang mengepul dari pancuran air yang mengalirkan air panas. Sebelum anak mencelupkan kakinya ke air, saya memperingatkan mereka bahwa airnya panas. semula saya berniat untuk berendam, namun antrian orang yang ingin berendam di kamar berendam tertutup cukup banyak, sehingga niatan itu saya urungkan. Kami kemudian memilih menikmati pijat dengan luluran belerang di dekat pancuran. Jika dihiting, sesungguhnya banyaknya pancuran ada delapan, tujuh pancuran terkumpul di satu lokasi, dan satu pancuran terpisah hanya beberapa meter di sebelahnya. Endapan belerang nampak sekali pada aliran di atas batuan berwarna kuning mendekati jingga. Jika berminat membawa belerang, anda bisa membelinya dari beberapa penjual di situ. Mengenai harga sangat tergantung ketrampilan anda menawar. Seorang kawan saya membawa pulang 10 bungkus dengan membayar Rp. 15.000,- Setelah puas menikmati pijat dan lulur dengan belerang, kami meninggalkan pancuran pitu. 18 siswa didampingi bapak kepala Sekolah sudah mendahului turun dengan angkutan. Tinggal 3 siswa menunggu kami berenam yang masih di belakang. Dan akhirnya 9 orang turun bersama menaiki angkutan, dengan tarif baru Rp. 7000 per orang. Selama perjalanan turun, rombongan lain sudah berkali-kali menelpon kami untuk segera turun. Saya jawab, bahwa pengemudi sudah bergaya Michel Schumacher dalam melarikan kendaraannya. Jika saya paksa lebih cepat lagi, mungkin sepulang dari sana harus segera mengadakan "selamatan", karena mungkin kami tidak selamat. Ini mengingat jalan yang dilalui memang tidak memungkinkan untuk tergesa-gesa. Akhirnya kami semua tiba di pemberhentian bus. Kami tidak begitu pedulikan gerutuan beberapa kawan yang seakan tidak sabar menanti kedatangan kami. Sebab ketika tiba di bus baru pukul 14.10, yang berarti masih cukup siang untuk pulang. Setelah mampir di pusat oleh-oleh Eka Sari Sokaraja dan makan malam serta sholah di rumah makan Pelangi Kebumen, kami tiba kembali di sekolah SMP 3 gedangsari dengan selamat (meski kendaraan sempat mengalami masalah sewaktu di Tambak, banyumas), kira kira jam sebelas malam. Selanjutnya para siswa dijemput keluarganya, dan para pembimbing kembali ke rumah masing-masing. Berikut sebagian gambar liputan kami : [caption id="attachment_262295" align="alignnone" width="300" caption="melintasi tepian telaga Sepeda Air Baturaden"][/caption] [caption id="attachment_262301" align="alignnone" width="300" caption="melintasi trek di tengah hutan damar, menapaki anak tangga dengan kesegaran udara gunung"]

1371972819764247927
1371972819764247927
[/caption] [caption id="attachment_262303" align="alignnone" width="300" caption="Pak Sugiyana : "]
137197331348086955
137197331348086955
[/caption] [caption id="attachment_262304" align="alignnone" width="300" caption="pancuran pitu"]
13719736521185807809
13719736521185807809
[/caption] [caption id="attachment_262305" align="alignnone" width="300" caption="bergaya di aliran pancuran yang panas"]
13719740071534813695
13719740071534813695
[/caption] [caption id="attachment_262307" align="alignnone" width="300" caption="menikmati pijat dan lulur belerang di dekat pancuran pitu"]
13719742201191159668
13719742201191159668
[/caption] (Sebuah saran, untuk menuju ke Pancuran pitu, sesungguhnya anda bisa naik angkutan dari terminal baturaden dengan tarif baru Rp. 7000 per orang, atau membawa kendaraan pribadi; namun bagi yang ingin mencoba bertualang maka jalan kaki seperti yang kami lakukan dapat dicoba.)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun