Mohon tunggu...
Kang Sugita
Kang Sugita Mohon Tunggu... pegawai negeri -

seorang bapak guru di pelosok gunungkidul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wajib Bekerja

1 Juli 2011   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di sebuah kerajaan yang bernama Dianisoen, Raja Ainidosen mengundangkan sebuah pertauran yang dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja seluruh warga negaranya. Peraturan itu diundangkan berkaitan dengan keadaan warga negaranya yang terlihat sangat suka hidup bersantai-ria, sedangkan di sisi lain mereka suka berpesta pora dan berfoya-foya. Indikasi yang bias dilihat secara kasat mata adalah dengan banyaknya orang yang duduk mengobrol santai pada saat-saat jam kerja, sementara pada saatnya untuk istirahat semakin banyak orang mendatangi tempat-tempat hiburan untuk menghabisakan waktunya.

Untuk itulah, sang maharaja Ainidosen membuat aturan, bahwa semua warga Negara, apapun jenis profesinya, harus berada di tempat kerja sekurang-kurangnya 50 jam dalam seminggu. Siapapun yang tidak bias memenuhi jumlah minimum jam kerja dalam seminggu akan dikenai sanksi hokum yang sangat berat. Sang maharaja berpengharapan, bahwa dengan beban jumlah jam kerja yang harus dipenuhi oleh setiap warga negaranya, maka semuapekerjaan akan terselesaikan tepat waktu, dan semua warga negaranya akan mencapai taraf kesejahteraan yang tinggi.

Dengan bekerja sekurang-kurangnya 50 jam per minggu, tentunya semua warga Negara akan memperoleh penghasilan yang lebih banyak, sehingga dengan begitu kebutuhan hidup stiap keluarga akan tercukupi, dan bahkan bias berlebihan. Di sisi lain, semua program pembangunan akan selesai lebih cepat, yang pada akhirnya Negara akan mengalami kemajuan yang luar biasa; sehingga dapat mengejar ketertinggalan dari Negara-negara yang telah lebih dahulu maju.

Dalam perjalanan waktu, sang maharaja Ainidosen menjadi sangat kecewa. Karena takut akan ancaman hukuman dari sang maharaja, maka semua warga Negara memenuhi kewajiban bekerjasekurang-kurangnya 50 jam dalam seminggu. Akan tetapi, ternyata pada setiap inspeksi kepada setiap unit profesi, sang maharaja mendapati bahwa pekerjaan masih tetap menumpuk dan tidak terselesaikan. Hal itu bukan karena volume pekerjaan yang sangat banyak, akan tetapi dikarenakan tingkat partisipasi setiap profesi untuk menyelesaikan pekerjaan sangat rendah. Mereka di tempat kerja bukan untuk menyelesaikan pekerjaannya, namun lebih banyak bercengkerama dengan sesamanya.

Bahkan pada beberapa unit profesi didapati dampak negative yang semula tidak diperhitungkan. Di antaranyaadalah semakin banykanya terjadi perselingkuhan, baik dalam satu jenis profesi maupun antar jenis profesi. Hal ini dimungkinkan karena antar mereka semakin lama berinteraksi, dan terpisah dari keluarganya yang berada di rumah.

Dampak social lain adalah semakin renggangya hubungan antar sesame warga dalam suatu kehidupan masyarakat. Masalah ini terjadi sebagai akibat semakin sedikitnya waktu bagi setiap orang yang berprofesi untuk bergaul dengan tetangga dalam lingkungan kehidupan sehari-harinya. Mereka meninggalkan rumah pada pagi dini hari, dan kembali ke rumah sudah mendekati gelap, atau bahkan ada yang sudah larut malam. Dengan demikian tentu saja mereka tidak pernah memiliki waktu untuk berinteraksi dengan masyarakat di sekitar rumahnya. Bahkan ada yang tidak mengetahui bahwa sebagian tetangganya telah berpindah kea lam baka, karena mereka di tempat kerja dan tidak pernah melayat tetangganya yang meninggal dunia. Anak-anak juga semakin tidak mengenal orang tuanya, namun mereka lebih akrab dengan asisten rumah tangga serta peralatan elektronik yang menjadi teman bermainnya. Dampak berikutnya adalah anak-anak mulai tidak mengenal tata karma pergaulan terhadap orang tua atau orang yang lebih tua, karena mereka tidak pernah mendapat pembiasaan yang baik dari orang tuanya.

Salah satu sahabat lama dari sang maharaja Ainidosen yang bernama Indiaseno menasihatkan kepadanya untuk mencontoh apa yang diterapkankerjaan Andini Soen. Di kerajaan Andini Soen, sang raja tidak menuntut lamanya jam kerja bagi setiap warganya, akan tetapi lebih menekankan kepada output pencapaian, atau kinerjadari setiap warganya. Tidak peduli berpa lama seorang bekerja, akan tetapi volume pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya harus terselesaikan, bahkan jika mereka berhasil melampauivolume kerja yang ditetapkan, maka si Raja akan memberikan bonus yang sangat menggiurkan. Dengan begitu, setiap pekerja pada setiap profesinya akan berusaha menyelesaikansetiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dengan secepatnya dan sebaik-baiknya. Bukan semata-mata untuk mendapatkan bonus dari sang raja, namun dengan kinerja yang baik, tentunya si pekerja akan semakin banyak mendapat kepercayaan. Dengan demikian tentu saja si pekerja akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi, selain itu dia memiliki waktu lebih banyak untuk berinteraksi dengan seluruh keluarganya dan dengan masyarakat di lingkungantetangganya.

Sang maharaja Ainidosenmenjadi semakin kebingungan. Jika dia mempertahankan kebijakannya, kehancuran telah menghadang di depan mata. Tetapi untuk mengambil contoh dari Negara tetangganya, ia merasa harga dirinya akan terkorbankan. Pilih mana, jumlah jam kerja ataukah kualitas kerja/kinerja??

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun