Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kuda Liar dan Kelinci

11 September 2016   08:24 Diperbarui: 11 September 2016   09:40 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://pixabay.com

Suatu hari seekor kuda liar yang terkenal punya keterampilan berlari cepat luar biasa, berkata kepada rekan-rekannya sesama kuda. “Semua makhluk di kolong langit ini sudah saya kalahkan dalam adu lari.” Tak berapa lama kemudian, ada seekor kelinci yang melintas sambil meloncat lincah. Maka timbul gagasan di antara para kuda itu untuk membuktikan secara langsung sesumbar sang kuda liar itu.

“Hai kuda liar, ayo buktikan bahwa engkau memang makhluk tercepat di kolong langit ini!” Merasa ditantang di depan umum, kuda liar itu makin pongah saja, katanya, “Siapa yang berani menantang?” Kuda-kuda itu serentak menunjuk kelinci yang sedang melintas, dan berseru, “Kejar dan tangkap kelinci itu, baru kami akan mengakui bahwa engkaulah makhluk tercepat dan terhebat di antara kami”. Tanpa komentar lagi, si kuda liar itu mengejar kelinci yang dianggapnya mudah ditangkap.

Adapun sang kelinci yang tadinya tenang-tenang saja, begitu melihat kedatangan kuda liar dalam kecepatan tinggi dan membahayakan nyawanya, segera meloncat dan berlari sekencang-kencangnya. Tentu saja dengan cara zig zag sebagaimana cara kelinci berlari. Ternyata cara berlari kelinci yang zig zag itu membuat sang kuda liar kebingungan. Selama ini ia biasa berlari pada lintasannya, yaitu jalur lurus.

Setelah cukup lama, kuda liar itu kembali sambil terengah-engah ngos-ngosan,  tanpa hasil. Ia gagal total. Kuda-kuda lain menertawakannya, sambil menyindir, “Katanya kamu paling cepat, paling hebat? Koq dengan kelinci kecil saja bisa kalah?”

Dengan malu-malu sang kuda liar itu akhirnya menjawab, “Soalnya, kelinci itu berlari demi keselamatannya, sementara saya berlari hanya sekedar fun, mengejar kesenangan”.

Kisah ini bukan sekedar dongeng setelah tidur. Soalnya kita dapat menarik pelajaran penting, bahwa mahkluk apa pun yang “berlari” (berjuang, bekerja sungguh-sungguh) demi keselamatannya, niscaya akan survive. Sementara mereka yang “berlari” (berjuang, bekerja) just for fun, - atau bahkan demi kepongahan, - hanya akan terengah-engah ngos-ngosan,  dan akhirnya ditertawakan karena kegagalannya. Gatotkapo,  gagal total karena pongah...

Kita memang bukan kelinci, apalagi kuda liar. Namun, bukankah kita sedang berpacu dengan waktu dalam pertandingan kehidupan, persaingan kualitas sumber daya manusia kita? Yang hakikatnya adalah masalah kelangsungan usaha dan kehidupan kita.

Buya Hamka pernah berpesan bahwa dalam kehidupan ini hendaknya kita berlomba untuk berbuat kebaikan. “Hidup ini adalah pertandingan, perlombaan untuk berbuat baik. Pemenangnya akan mendapatkan mahkota kebahagiaan di dunia maupun akhirat!” Begitulah kira-kira pesan yang masih saya ingat.

Dalam dunia usaha, juga dalam dunia politik, persaingan itu semakin “dinamis”, bahkan cenderung sengit. Dalam kondisi (kemajuan) kemanusiaan masa kini, hanya manusia yang berkualitas (di bidangnya) saja yang bertahan. Sementara orang-orang yang tidak berkualitas, tidak akan mampu memenangkan persaingan.

Kalau begitu, ayo, segera berlari, berjuang, bekerja sungguh-sunguh, keluar dari zona kenyamanan kita untuk mengejar ketertinggalan kita. “Mari kita berjuang, bekerja dengan sungguh-sungguh seolah kita akan hidup selama-lamanya. Mari kita berdoa secara sungguh-sungguh dan khusuk, seolah kita akan mati besok!”  kata-kata bijak Mahatma Gandhi. Mari berlari pada kawasan yang kita kenal, supaya tidak terlindas gara-gara kita berlari pada lintasan yang tidak kita pahami. Maksudnya, mari kita terus-menerus melakukan perbaikan di bidang pekerjaan maupun kehidupan masing- masing yang sedang kita jalani.

Bila kita bertugas dalam kaitan berhadapan dengan orang, melayani pelanggan, klien, relasi atau prospek, lakukan perbaikan dan peningkatan dalam pelayanan demi keunggulan layanan kita. Jika kita bertugas di lingkungan yang mengharuskan kita berhadapan dengan peralatan, mesin, ketelitian, angka-angka, marilah kita tingkatkan kinerja kita sehingga menjadi semakin akurat dan berkualitas. Jika kita bertugas di lingkungan yang berkaitan dengan keamanan baik barang maupun orang, marilah kita lakukan perbaikan-perbaikan dan peningkatan dalam hal-hal tersebut, supaya hasilnya lebih baik dibanding waktu sebelumnya. Cara kerja seperti ini akan membuat kita maju, mengikuti alur kehidupan yang memang bergerak maju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun