Mohon tunggu...
Teha Sugiyo
Teha Sugiyo Mohon Tunggu... Guru - mea culpa, mea maxima culpa

guru dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harga Diri

26 Juni 2016   14:24 Diperbarui: 26 Juni 2016   14:44 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://wallpapermotivasi.blogspot.co.id/

Seorang pangeran menyamar menjadi tukang kebun di istana. Hal itu dilakukan karena ia ingin melihat dari dekat perilaku sang putri yang kecantikannya sangat terkenal. Sambil bekerja, pangeran itu membuat lonceng kecil yang menghasilkan  bunyi  merdu saat ditiup angin.

Suatu saat sang putri mendengar bunyi lonceng kecil itu dan memintanya pada si tukang kebun. Permintaan itu dikabulkan dengan syarat;  sang putri memberi ciuman 3 kali. Diluar dugaan, ternyata sang putri setuju, dan mencium pipi si tukang kebun 3 kali untuk mendapatkan lonceng kecil kesukaannya.

Rupanya  si tukang kebun sangat kreatif, dibuatnya lagi sebuah boneka kecil yang disukai oleh sang putri.  Ketika boneka itu diminta, si tukang kebun mengajukan syarat; sang putri harus menciumnya 6 kali.  Agak mengejutkan, ternyata  sang putri tidak keberatan mencium si tukang kebun,  sekedar mendapatkan boneka keinginannya.

Tiba-tiba sang raja melintas dan menyaksikan peristiwa itu. Raja murka dan mengusir sang putri dan si tukang kebun dari istana. Setibanya diluar istana, putri berparas cantik itu memarahi  si tukang kebun sebagai penyebab diusirnya dia dari istana. Pada saat itulah si tukang kebun membuka kedok penyamarannya, dan memakai pakaian kebesaran sebagai pangeran yang rupawan.  Tentu  sang putri terkejut dan tidak lagi mengomel. Ia malah membayangkan akan hidup bersama pangeran.

Akan tetapi sang pangeran telah berubah pikiran. Bagi dia, sang putri adalah sosok yang cantik namun tidak punya harga diri, karena  dengan mudah tergoda memberi ciuman kepada  orang yang menawarkan sesuatu kepadanya.

HARGA DIRI, ternyata itulah faktor dominan yang membuat orang lain memberi kepercayaan, rasa hormat serta cintanya pada seseorang.  Untuk mempunyai harga diri, tidak harus menjadi putri atau pangeran dalam istana, sebab siapa pun dapat memilikinya dengan kadar yang sesuai perbuatan masing-masing.

Harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya (Stuart dan Sundeen, 1991). Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.

Gilmore  mengemukakan bahwa harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1973) memberikan pengertian harga diri (self esteem) sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.

Harga diri, menurut Wikipedia, adalah pandangan keseluruhan dari individu tenang dirinya sendiri. Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Misalnya, anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik.

Untuk sampai pada langkah menghargai diri, awalnya memang perlu mengenal diri,yaitu menganali kekuatan atau keunggulan serta kelemahan-kelemahan kita. Kemudian dengan memahami kekuatan dan kelemahan kita, kita dapat menerima dirikita apa adanya. Setelah kita mampu menerima kekurangan dan sekaligus kelebihan kita, maka kita  sampai pada menghargai diri. Berbagai kekuatan yang mengantarkan pada prestasi yang kita capai itu menumbuhkan harga diri kita. Selanjutnya, harga diri ini mengantarkan kita pada rasa percaya diri. Jadi jika digambarkan proses kita memiliki harga diri dan rasa percaya diri adala:  kenali diri à terima diri à hargai diri à percaya diri.

Sekedar analog dengan hukum permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi, harga diri seseorang akan naik jika terjadi permintaan tinggi, ditandai dengan banyaknya orang  meminta pendapat dan bantuannya. Bersamaan dengan itu terjadi penawaran rendah, ditandai dengan tidak banyaknya tuntutan dari  orang tersebut. Ini contoh orang  dengan kompetensi tinggi dan bekerja tulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun