Mohon tunggu...
Sugiarto Sumas
Sugiarto Sumas Mohon Tunggu... Guru - Widyaiswara Ahli Utama

Sebagai widyaiswara di Kementerian Ketenagakerjaan bertugas untuk menjadi fasilitator / pembimbingan peningkatan kompetensi pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan. Menulis artikel ilmiah dan artikel populer adalah salah satu hobby sekaligus kewajiban sebagai tenaga pendidik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Peningkatan Kompetensi ASN Melalui Pembelajaran Terintegrasi

30 September 2022   21:05 Diperbarui: 18 November 2022   09:12 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAKARTA. Pembelajaran terintegrasi (corporate university)  merupakan kebijakan  Pemerintah  Republik Indonesia untuk  meningkatkan kompetensi Aparatur Sipil Negara.

Kebijakan ini tertuang dalam pasal 203  PP 17/2020 tentang  Perubahan PP 11/2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Amanat dalam pasal ini adalah: "Pengembangan kompetensi dilaksanakan melalui pendekatan sistem pembelajaran terintegrasi (corporate university)".

Dalam PP 17/2020 juga mengamanatkan sasaran pengembangan kompetensi: "Pengembangan kompetensi bagi setiap PNS dilakukan paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun".

Kebijakan ini tentunya untuk menyediakan ASN kompeten dan adaptif terhadap perubahan pesat di bidang teknologi, informasi dan komunikasi (TIK).

Saat  ini  dunia  memasuki  era  digitalisasi  4.0  yang  menuntut  banyak  penyesuaian  di  pelbagai  bidang termasuk  bidang  Pendidikan dan Pelatihan.

Memasuki tahun 2020 dengan adanya pandemi Covid-19,  suka tidak suka menuntut  pendidikan dan pelatihan  menggunakan  fasilitas  teknologi  dalam jaringan (daring)  dalam  kegiatan  belajar mengajar.

Ketika belum  semua  kita  siap  dengan teknologi  kekinian  4.0  ini,  muncul  konsep  Masyarakat  5.0  (Society 5.0),  yaitu  konsep  yang  menempatkan manusia  sebagai  pusat  (human centered)  dan  berbasis  teknologi  (technology based).

Society  5.0  yang semakin  konkret,  dan  merupakan keniscayaan, seiring  dengan  terjadinya  perubahan  yang  cepat  dan  masif melahirkan berbagai tantangan baru. 

Di antaranya adanya perubahan/fluktuasi yang tiba-tiba, sulit diprediksi (volatility),  ketidakpastian   (uncertainty),   kerumitan   (complexity)   dan   ke tidak jelasan arah perubahan (ambiguity). Disebut dengan VUCA.  

Memasuki era VUCA ini tentunya mempengaruhi strategi pendidikan dan pelatihan (diklat).  Lembaga-lembaga Diklat harus move on. Jika tidak, maka akan tergilas oleh adanya VUCA tersebut.

Untuk itu, strategi diklat memerlukan perubahan mendasar. Masa lalu strategi  diklat dengan   melaksanakan pelatihan (training). Ciri-ciri pelatihan  antara lain: Berfokus pada pelatih sebagai nara sumber; Dilaksanakan  satu arah dari pelatih ke peserta latihan: Prinsip individu untuk kelompok (one to many);   Memiliki jadwal pelatihan; Melalui berbagi  pengalaman dan menghafal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun