Mohon tunggu...
Sugha Faiz Al Maula
Sugha Faiz Al Maula Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Statistika Unair

Bicara sesuai data

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Pangan di Madagaskar

2 Juni 2022   15:00 Diperbarui: 2 Juni 2022   15:01 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2021 adalah tahun di mana Madagaskar mengalami krisis pangan yang bisa dibilang cukup parah. Meskipun pada tahun-tahun sebelumnya Madagaskar juga sudah mengalami masalah yang berkaitan dengan pangan. Bencana krisis pangan ini disinyalir oleh 3 hal. Hal pertama dan yang utama adalah perubahan iklim. Faktor yang kedua adalah kondisi pemerintahan dan ekonomi yang terjadi di Madagaskar. 

Kedua hal tersebut diperparah dengan hadirnya pandemi Covid-19 yang menghantam semua sektor tanpa pandang bulu (Aljazeera, 2021). Berkaca dari ketiga faktor yang menyebabkan krisis pangan di Madagaskar tersebut, langkah apa yang sudah dan akan dilakukan demi menyudahi krisis tersebut agar tidak semakin berlarut-larut. Maka dari itu, tulisan singkat ini akan menyajikan sedikit rangkuman tentang bagaimana krisis pangan di Madagaskar bisa terjadi dan apa yang akan dilakukan oleh manusia untuk mengakhiri krisis pangan di Madagaskar.

molekul air yang terkandung dalam tanah menguap. Setelah menguap, hawa panas juga akan membuat partikel air tersebut menjadi merenggang. Akibatnya, partikel yang membawa muatan molekul air tersebut menjadi lebih mudah terpindahkan bahkan dengan sedikit sentuhan dari angin. Partikel air tersebut berkumpul dan akhirnya mencapai titik jenuh dan berakhir menjadi hujan yang turun di wilayah lautan. 

Hal tersebut yang menjadikan tanah di bagian Madagaskar Selatan menjadi tandus sehingga sulit untuk digunakan sebagai media bercocok tanam. Kedua, hawa panas di Madagaskar juga memengaruhi wilayah perairan. Suhu panas membuat penguapan air laut lebih cepat sehingga mengubah pola hujan yang ada. Inkonsistensi turunnya hujan membuat petani kesulitan untuk menentukan masa tanam dan masa panen sehingga rentan mengalami kegagalan.

Permasalahan ini tak hanya mencakup masalah ketahanan pangan di tingkat regional Madagaskar, tetapi juga menyangkut tentang isu perubahan iklim di tataran internasional atau global. Di mana seharusnya masyarakat global juga turut ikut campur dalam permasalahan serius yang melingkupi masalah lingkungan dan kemanusiaan. 

Di dalam tulisan ini akan menyoroti 3 aktor yang terlibat. Aktor-aktor tersebut mencakup aktor non negara IGO (Intergovernmental Organization) dan Development Agencies maupun aktor negara yang mana dalam hal ini diwakili oleh pemerintahan Madagaskar itu sendiri. IGO yang berperan di sini adalah World Food Programme atau yang biasa disebut dengan WFP. Sedangkan untuk Development Agencies yang terlibat adalah U.S Agencies for International Development atau yang biasa disebut dengan USAID.

WFP merupakan organisasi non profit yang berada di bawah naungan PBB yang bergerak di bidang Food and Agriculture. WFP berperan cukup penting dalam kasus krisis pangan yang terjadi di Madagaskar. Organisasi non profit tersebut turut mendukung langkah- langkah adataptasi terhadap bencana yang terjadi di Madagaskar. 

Tak hanya itu, WFP juga melakukan analisis terhadap kejadian lalu mengolahnya dalam bentuk data (Mliga, 2011). Setelah itu, WFP juga merancang berbagai laporan dan rekomendasi kebijakan serta rencana jangka panjang dalam melihat krisis pangan yang terjadi di Madagaskar (World Food Programme, 2021). Sedangkan untuk langkah riil yang dilakukan oleh WFP di antaranya distribusi makanan dan dukungan nutrisi untuk anak-anak dan ibu hamil.

Tak hanya WFP yang berkontribusi dalam krisis pangan di Madagaskar, USAID pun turut membantu secara riil dalam aktivitas diplomasi yang dilakukan. USAID dalam bidang ekonomi mewadahi untuk penciptaan peluang pendapatan warga setempat sehingga warga setempat mampu untuk memutar roda perekonomian keluarganya. Untuk bidang pangan, USAID ikut serta dalam pendistribusian suplemen makanan. USAID juga menginisiasi untuk melakukan peremajaan lahan agar lahan yang ada bisa dimanfaatkan sebagai lahan pertanian yang produktif. 

Dalam menjalankan misinya, USAID juga berkolaborasi dengan UNICEF untuk menyelenggarakan media trip yang menyoroti tentang krisis pangan. Melalui media juga, keduanya meyusun berita yang berisikan ajakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global terkait masalah krisis pangan yang sedang dialami oleh Madagaskar. Aktor yang tak kalah penting dari IGO di atas adalah pemerintah Madagaskar itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun