Sebenarnya tanda sukses hampir sama baik dikota dan didesa. Di kota, orang sukses kerap membeli banyak aset bisa tanah, perhiasan bisa juga mobil. Sedang suksesnya orang desa membeli sawah.
Sawah menjadi simbol kekayaan bagi siapa saja, makin luas sawah makin dianggap kaya. Sawah didesa beragam harganya, apalagi semenjak ada Tenaga Kerja Indonesia (TKI), sepulang dari luar negeri biasanya para TKI akan memborong sawah.
Banyaknya uang, para TKI seringkali tidak memikirkan harga pasaran sawah. Itupula yang kemudian harga tanah didesa meroket.
Orang eks luar negeri (TKI.red) sekali beli tanah tidak menawar pasalnya mereka butuh tabungan dan berharap ketika sepulang dari luar negeri punya aset sekaligus punya garapan untuk bertani.
Kondisi ini membuat orang desa harus mampu menyesuaikan harga jika mau membeli sawah. Bagi para TKI tidak menjadi soal namun bagi orang desa dengan mata pencaharian bertani terasa begitu berat.
Orang sukses itu identik dengan banyaknya materi, banyak membeli daripada menjual aset.
Sebagai seorang perangkat desa penulis sering diajak warga saat akan membeli dan membayar sawah, perangkat desa dalam hal ini dilibatkan untuk menuliskan kwitansi transasksi sekaligus sebagai saksi.
Penulis juga dilibatkan dalam hal penghitungan uang, ini dilakukan layaknya teler bank hitung ditempat menghindari salah faham. Jika setelah dihitung jumlah uang sudah sesuai maka acara penandatangananpun dilakukan.
" telah diterima dari mawar (nama samaran.red)
" Uang sejumlah dua ratus dua puluh tiga juta rupiah"