Mohon tunggu...
Sucen
Sucen Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup itu sederhana, putuskan dan jangan pernah menyesalinya.

Masa depan adalah Hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menanti Kelahiran Anak ke-2 (Bagian 6)

4 Juli 2020   23:54 Diperbarui: 5 Juli 2020   00:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Preeklamsia bisa di alami siapa saja wanita dengan kondisi ini akan sangat beresiko saat mengandung anak atau hamil, preeklamsia menurut disiplin ilmu kedokteran bisa diartikan sebagai gangguan kehamilan dengan ditandai tekanan darah tinggi dan kandungan protein yang tinggi dalam urine.

kondisi ini dapat membahayakan organ-organ lainnya seperti hati dan ginjal, wanita hamil dengan kondisi mengidap preeklamsia sangatlah beresiko, resiko tinggi atau lebih dikenal dengan resti. perhatian bagi wanita hamil preeklamsi tidak main-main dikhawatirkan jika tekanan darah terus naik kejang maka bisa berakibat fatal.

preeklamsia terjadi saat hamil saja seperti istri saya dari hamil pertama kemudian kini hamil yang ke dua berlaku satu kondisi yaitu mengidap gangguan kehamilan yang disebut preeklamsia. bukan hanya saya sebagai suaminya, bidan desa pun ikut panik dan mewanti-wanti agar selalu chek up rutin kondisi kehamilan.

anak pertama lahir prematur rupanya rentetan dan kemungkinan yang bisa terjadi ketika wanita hamil mengalami preeklamsia. dengan berat 1,7 Kg Ugi Putra Pratama anak pertama kami lahir dengan umur kehamilan saat itu 8 bulan kini usia Ugi Putra Pratama sudah 11 Tahun dan tumbuh bongsor berat badannya 55 Kg Kelas 5 SD. seperti yang disampaikan bidan bahwa preeklamsia akan terus berlaku jika sudah pernah mengalaminya.

benar saja kekhawatiran itu terulang kini istri sedang mengandung dan saat usia kehamilan masuk ke 20 minggu gejala preeklamsia itu muncul lagi, ditandai saat periksa kehamilan di minggu ke 30 tensi darah istri diangka 170/80 sontak bidan tidak membolehkan pulang dan meminta agar istri diobservasi diawasi dipuskesmas, 3 jam berlalu rupanya tensi istri tak kunjung turun terpaksa perawat meminta agar istri dirujuk ke rumah sakit. 

baca juga ===> Menanti Kelahiran Anak ke - 2 (Bagian 5) 

sepulang dari rumah sakit dokter menyarankan agar kontrol lagi pada tanggal (30/06/2020) dan berpesan jika sebelum tanggal tersebut kemudian ada keluhan silahkan langsung datang ke rumah sakit. panik dan was-was tidak bisa lepas dari pikiran, apalagi istri dari raut wajahnya terlihat panik  walau sebelumnya sudah pernah mengalami hal yang sama.

disamping itu kali ini suasana lagi pandemi menambah deru kegelisahan dalam hati hanya bisa berdoa semoga tidak terjadi apa-apa.

tibalah saatnya istri cek kondisi kehamilan, karena masih trauma dan ga mau kalau nanti setelah cek disuruh rawat inap lagi, istri sempatkan kontrol tekanan darah di apotik takut dirawat dan benci dengan kateter.

cek di apotik tensinya normal 130/94 membuat saya dan istri sedikit lega, dan keesokan harinya bidan desa datang kerumah menanyakan apa sudah kontrol ke rumah sakit, karena kemarin cek tensinya normal maka saya anggap masih aman toh tidak ada keluhan yang berarti. hanya kaki kaki yang terlihat bengkak (orang jawa bilang tawaren).

dari saran bidan akhirnya saya sempatkan tetap kontrol ke dokter kandungan dan disana setelah dicek tekanan darahnya, huh naik diangka 160/190 panik campur aduk jelas ini akan dirujuk pikir saya. satu jam kemudian setelah menunggu giliran barulah tatap muka dengan dokter istri di USG terlihat gambar aneh dilayar monitor yang tidak saya pahami jika dokter tak menerangkan. ini kaki, ini tangannya, jenis kelaminya perempuan ibu, ini wajahnya, bibirnya sempurna tanpa sumbing. cletuk istri saat dokter sedang menempelkan alat teropongnya " normal ga dok? ". Normal Bu Jawab dokter beratnya 2,9 Kg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun