Bagi para orang tua lebaran itu butuh energi ekstra butuh pemikiran dan persiapan. Selesai sholat ied acara dilanjutkan salam salaman sanak saudara orang tua tetangga dan siapa saja.
Pasca puasa mesti merubah normal baru lagi, semula tidak makan siang sekarang lockdown, PSBB terkait makanan sudah kembali normal. Perut dirasa belum siap menerima serangan hidangan lebaran namun mulut seolah dendam kesumat, sajian mulai dari tumpeng hingga rempeyek lahap diembat, belum air esnya.
Perut kenyang bukan kepalang mencerna asupan beragam budaya hhhh jelas begah dan puyeng kepala.Â
Walhasil timbul masalah baru dari asupan tadi perut tak mau kompromi serasa dikocok mules menjadi jadi, sudah gitu tenggorokan terasa sakit gegara makan tempe goreng rasa dage getir dan tercium minyak jlantah.
Dari perut mules hingga tenggorokan sakit membuat selera makan hilang padahal opor ayam lontong daun pisang berjajar pulau pulau haha, apalah daya perut tak mau dikata.
Daftar keluarga yang hendak dikunjungi masih bilangan diatas puluhan, tak peduli surat edaran toh tetangga ramai adakan sadranan. Sudah kadung belanja lawan ketidakpastian silaturahim tetap jalan.
Lihat sewaktu pulang sholat ied banyak moment dan gambar istimewa namun sayang tidak diabadikan. Barisan jamaah mencuci tangan, tidak berjabat tangan, memakai masker, takbir berkumandang merdu mendayu.
Ditengah pandemi corona didesa hanya berita edaran, imbauan hanya dijadikan protokol saja semoga sang Maha Kuasa menguatkan kami tetap terjaga dari virus corona.