Mohon tunggu...
Sucen
Sucen Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup itu sederhana, putuskan dan jangan pernah menyesalinya.

Masa depan adalah Hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Filosofi Ikhlas Menurut Tukang Parkir

17 Mei 2020   07:30 Diperbarui: 17 Mei 2020   07:29 1707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area parkir dok.pri

Prit priiiiit priiiiiiit itulah suara khas tukang parkir pluit disemprit tanda isyarat memberi tempat dan tanda memberi isyarat pengguna jalan bahwa ada pemarkir akan beranjak pergi. Datang dan pergi sepeda motor dipersilahkan tanpa dihantui beban.

Sebuah pesan yang sering diumpamakan dalm kehidupan sehari - hari.

Diumpamakan kehidupan yang dianggap bahwa semua yang ada hanyalah titipan, apapun itu.

Harta, Tahta, dan Anak adalah titipan amanah dari sang pencipta pemilik sekalian alam.

Kita layaknya tukang parkir apa yang datang dan dititipkan ada yang punya lama atau sesaat apa yang dititipkan akan diambil oleh pemiliknya.

Kalau tukang parkir jelas, juru parkir adalah profesi dia akan bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Namun yang akan dibahas disini bukan kegiatan sang juru parkir.

Sebuah filosofi keikhlasan ada disana, anggaplah sang juru parkir adalah kita. Ketika kita dititipi "kendaraan" sang juru parkir akan tersenyum mempersilahkan maka dengan rasa tanggungjawabnya sang juru parkir akan menta dan menjaga barang titipan itu.

Kemudian mempersilahkan jika suatu saat titipannya diambil sang pemilik. Tanpa ada rasa memiliki sehingga ketika barang titipan diambil tiada rasa gundah gulana. 

Mungkin inilah pesannya, hidup di dunia jika menilik sang juru parkir enjoy aja ada titipan dan kembalinya titipan santai saja.

Pada prakteknya pesan hanya pesan, harta, tahta dan keturunan kita anggap milik kita. jika harta tak rela pergi, tahta tak mau diganti apalagi kegilangan anak akan terus diratapi.

Ikhlas itu tipis, setipis gaun sutra tak berharap bukan kata yang pas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun