Walau masih dalam kategori negara berflower, Indonesia merupakan negara dengan tingkat perputaran ekonominya luar biasa.
Lihat saja sekeliling anda banyak hal baru, mode baru, mobil baru, properti baru, motor baru. Itu adalah bukti bahwa Indonesia sangat cepat merespon perubahan.
Sebagai negara komsumtif Indonesia adalah lahan subur bagi para kapitalis dunia, apapun yang dijajakan di Indonesia semua terjual.
Begitupula dengan sistem keuangan tidak kalah mereka mencoba merespon segala percepatan itu. Inovasi terus bergulir seiring waktu, dulu transaksi hanya bisa dilakukan dengan konvensional face to face ketemu satu sama lain jual beli dan transaksi secara tunai.
Dunia perbankkan tidak secanggih sekarang, dulu nabung dibank sesuatu yang asing orang lebih senang menyimpan uangnya di bungbung (potongan bambu yang dibuat celengan) atau hanya dibawah kasur, ada juga yang dikubur ditanah maka tak ayal sering ketika itu ada uang yang membusuk dalam celengan, saking lamanya tidak dilihat dan dicek hanya diisi saja.Â
Sementara tempat penyimpanannya ada yang terbuat dari tanah liat, kaleng bekas ketika uang sudah terkumpul dan hendak digunakan tidak jarang pemilik uang merasa kecewa uang tabungannya busuk dan rusak dimakan rayap (rayap = hewan pengerat yg hidup didalam tanah).
Ada juga karena tabungan terlalu lama bahkan bertahun-tahun tidak diambil, begitu dibuka uang sudah tidak berlaku.
Itu jaman dulu bank belum diminati orang, kepercayaan orang menyimpan uang dibank belum tumbuh.
Bank jaman dulu hanya melayani nasabah menabung atau penyimpanan saja pada jamannya kasir harus dor to dor menawarkan orang untuk menabung dari rumah ke rumah.Â
Transaksi ditulis dalam buku catatan satu persatu dibutuhkan ketelitian dan keuletan pegawai yang tinggi pada masa itu.
Seiring kemajuan jaman #Generasisimpel semua hal bisa dilakukan dengan mudah tidak perlu keluar rumah hanya dalam genggaman saja hitungan detik semua transaksi keuangan terlayani.