Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa merangkap marbot masjid di pinggiran Kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Si Amut Jatuh Cinta Lagi

4 Agustus 2021   18:40 Diperbarui: 4 Agustus 2021   18:54 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: KBS2

Malam itu kami berdua keluar mencari tempat nongkrong dan ngopi. Teman saya, sebut saja namanya Amut ingin bercerita ihwal kisah asmaranya.

Amut ini sudah punya pacar, sebut saja Tiwi, seorang mahasiswi di perguruan tinggi Islam yang duduk di semester enam. Keduanya sudah menjalin hubungan selama tiga bulan, dengan pendekatan selama enam bulan. Jadi total kontak dan interaksi mereka berdua adalah sembilan bulan.

Saya rasa dalam kurun waktu sembilan bulan itu, apalagi keduanya sering saling bertemu, maka rasa suka pasti menggebu-gebu. Terlebih si Amut sudah hampir mendekati kepala tiga. Caranya bersikap, mengambil keputusan, dan meredam emosi tentunya bisa lebih terkendali. Tidak grusa-grusu.

Tapi saat kopi sampai dan saya menyeruputnya dengan kehati-hatian yang tinggi karena masih panas, si Amut mulai membuka obrolan. Obrolan yang sebelumnya tidak pernah saya duga akan dilontarkan Amut pada malam itu.

Katanya, "Pacarku itu egois. Masak aku cuma mau membantu teman satu kosnya saja egak boleh." Amut mengatakan itu dengan raut muka kesal.

Ketika saya tanya teman kosnya perempuan atau laki-laki dan membantu dalam hal apa, Amut menjelaskan bahwa teman kosnya perempuan (sebut Bunga). Dari situ saya sudah bisa membaca bahwa pacarnya si Amut tentu saja cemburu.

Amut melanjutkan, "Itu Bunga ada tugas kampus buat nggambar. Nah, tugasnya itu tak lemparin ke Tiwi. Tiwi kan gambarannya bagus." Sesaat kemudian saya hanya terdiam. Mematung. Tidak percaya bagaimana si Amut memiliki jalan pikiran seperti itu.

Dan tentu saja si Amut saya protes. Protes pertama, di belahan dunia manapun, perempuan yang memang benar-benar suka dengan pria, akan merasa cemburu ketika si pria yang disukai mencoba dekat dengan orang lain.

Tapi bedakan juga ketika konteksnya adalah pekerjaan. Misalnya teman sekantor, dosen dengan mahasiswanya, atau pejabat dengan staffnya. Karena itu relasi dan niatnya adalah kerja mencari uang. Bukan pendekatan dalam berhubungan asmara. Meskipun tidak bisa dipungkiri juga benih-benih asmara akan muncul dari keduanya.

Dari protes pertama ini kemudian saya kembalikan ke si Amut, bagaimana jadinya jika si Tiwi pacarnya itu membantuku misalnya. "Kamu cemburu apa tidak?", tanya saya padanya. Amut menganggukkan kepala.

Protes kedua, si Amut tidak peka pada kondisi membantu siapa dan lantas dilemparkan pada siapa. Secara logika sederhana, jika Bunga mau, ia akan minta tolong langsung pada Tiwi tanpa perantara Amut. Lantas kenapa Bunga tidak mau melakukan itu? Jawabannya jelas, Bunga sungkan dan tidak mau merepotkan temannya.

"Itu yang meminta untuk dibantu tugasnya Bunga langsung apa kamu yang menawarkan diri membantu menyelesaikan tugasnya?", tanyaku tajam menatap lekat raut mukanya. Amut memandang ke depan. Seperti tengah menerka-nerka perbuatan yang telah dilakukan.

"Ceritanya Bunga buat status di whatsapp, 'siapa yang bisa menggambar?'. Nah terus tak bales gambar untuk apa. Katanya untuk tugasnya. Lha terus aku keinget si Tiwi bisa nggambar, dan gambarannya bagus", jawab Amut tanpa rasa menyalahi tata cara cinta dua manusia.

"Ya udah tak balesi aja, aku bisa nggambar. Sini tak bantuin", lanjut Amut.

Nah ini. Poin ini yang membuat saya kemudian agak jengkel. Saya menenggak kopi segelas sekaligus. Kemudian mengambil jeda dengan berjalan ke kasir untuk memesan segelas kopi kembali.

Setelah saya memilih posisi duduk yang enak, mengambil napas agak dalam, saya pun mengatakan, "Coba bayangkan, bagaimana rasanya saat kamu dimintai bantuan pacarmu untuk menyelesaikan tugas teman cowoknya. Sekalipun kamu sama teman cowoknya itu kenal, akrab, dan setiap hari sering ketemu. Apa jawabanmu?"

Sebelum Amut menjawab, saya memotongnya dan menggiring pada sisi berperasaannya sebagai manusia. "Tentu kamu mesti menjawab tidak, sekalipun pacarmu memohon-mohon. Bahkan kamu mungkin malah memarahi pacarmu karena itu bagian dari bentuk cinta segitiga. Kenapa kok malah ikut-ikutan nyelesain tugasnya orang lain? Lebih jauh kamu mungkin juga malah menuduh bahwa pacarmu akan selingkuh dengannya. Iya apa tidak?", jelasku dengan nada agak tinggi.

"Tapi aku cuma mau bantu doang. Ya siapa tahu dapat juga. Bunga lebih cantik ketimbang si Tiwi", ujarnya dengan seenaknya.

Dah wis, mendengar itu saya langsung memilih membuka gawai lalu memencet mobile legend, menikmati kopi, dan merasakan udara malam yang bersahabat. Amut, saya biarkan menguap dengan asumsi-asumsinya.

Cerita ini diilhami oleh relasi asmara teman saya dua tahun yang lalu. Kami berdua akrab dan bersua dalam tempo yang lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun