Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa merangkap marbot masjid di pinggiran Kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Catatan Saldo Nol Rupiah

4 Juli 2020   21:39 Diperbarui: 7 Juli 2020   16:42 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

saya rasa akan lebih menguntungkan pengurus masjid kalau sedekah itu wujudnya bukan uang. Misalnya makanan, yang tidak perlu mikir dua kali diapakan makanan ini, ya pastinya dimakan.

Atau wujud barang material seperti karpet, kipas angin, ac, atau keset masjid. Pengurus masjid tinggal menaruh sesuai tempatnya, rampung.

Nah, pemasukan yang cukup besar itu ternyata juga menuntut pengelolaan yang optimal dari pengurus masjid.

Anda mungkin pernah mendengar ungkapan, "saldo masjid itu harus 0 rupiah." Pernah? Oh belum? Anggap saja sudah gitu ya biar tidak panjang urusannya.

Saldo 0 rupiah ini dilatarbelakangi dari pemasukan masjid yang datang dari jamaah, maka penggunaannya juga harus dikembalikan kepada jamaah.

Maka dari itu, ada banyak pengurus masjid (sejauh pengamatan saya di masjid perkotaan) yang berlomba-lomba mengadakan ragam kegiatan. Sebut saja pengajian dengan segala varian topik yang dibahas, pemberian bantuan sosial kepada mereka yang tidak mampu, dan seabrek kegiatan lainnya.

Meski ungkapan saldo 0 rupiah itu bagus, tapi saya rasa perlu memberi catatan sebagai bahan pertimbangan pengurus masjid agar tidak gegabah membelanjakan saldo yang tersisa.

Pertama, saldo 0 rupiah bisa berlaku jika kebutuhan operasional masjid sudah tercukupi. Apa saja kebutuhan operasionalnya? Anggaran membayar listrik, jasa kebersihan masjid sekaligus kamar mandinya, pengurus masjid, khatib jumat, dan keperluan-keperluan kecil seperti membeli sapu, keset, alat pel lantai, kemoceng, dan parfum.

Setelah semua kebutuhan operasional itu tercukupi, baru sisanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan lainnya. Argumen dasarnya sederhana, masjid dibangun sebagai tempat untuk beribadah, jadi mau tidak mau, fasilitas utama yang harus terpenuhi dahulu adalah hal-hal yang berkaitan tentang peribadatan.

Kemudian yang kedua, saldo 0 rupiah ini sebenarnya juga --secara tidak langsung- menuntut untuk memiliki unit usaha lain. Lho, masjid kok punya usaha yang lain? Ini masjid apa perusahaan.

Sebentar, tenang-tenang, mari dibicarakan. Membuat unit usaha yang mendatangkan rupiah itu tidak masalah, selama orientasinya tetap untuk memakmurkan masjid. Misalnya pengurus masjid mendirikan toko swalayan yang menjual sembako dengan harga miring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun