Sambil terperangah, saya berjalan menuju shaf sholat paling belakang agak pojok. Belum selesei, datang lagi seorang jamaah. Orang ini mengambil tempat tepat disamping saya. Kakinya mencari kaki saya. Tidak tanggung-tanggung, kaki kanan saya diinjak olehnya. Mungkin geram atau tidak disengaja, saya pun kurang tahu.
Usai shalat, saya bergegas masuk ke dalam asrama. Pada mulanya saya menjustifikasi buruk pada mereka yang tidak sesuai dengan pengalaman saya beribadah di desa. Kalau di desa saya begini, seharusnya mereka yang disini juga begini. Kalau tidak sama, berati mereka salah dan saya yang benar. Begitu anggap saya pada waktu itu.
Namun lambat laun, seiring dengan buku bacaan yang saya khatamkan dan mulai terbiasa dengan pemandangan yang seperti itu, saya menyadari bahwa keragaman itu memang patut disyukuri. Toh pakaian dalam shalat tidak ada yang pakem, asal menutup aurat selesai. Ya meskipun keragaman dalam shalat ini dalam konteks tertentu kerap kali dimonopoli sampai akhirnya menimbulkan perdebatan sengit yang tidak berkesudahan.