Mohon tunggu...
Ahmad Sugeng Riady
Ahmad Sugeng Riady Mohon Tunggu... Penulis - Warga menengah ke bawah

Masyarakat biasa merangkap marbot masjid di pinggiran Kota Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gagal Masuk Perguruan Tinggi karena Doa Orangtua

10 Juni 2020   06:55 Diperbarui: 10 Juni 2020   06:50 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kalian percaya cerita Malin Kundang yang didoakan ibunya menjadi batu karena tidak mau mengakui ibunya sendiri karena malu? Apakah kalian merupakan orang yang kerap meminta orang tua berdoa untuk keselamatan kalian? Atau malah kalian tidak percaya sama sekali dengan kekuatan doa orang tua?

Saya pernah ikut dan mendengarkan ceramah dari Kyai Kuswaidi Syafi'ie. Di Yogyakarta ia dikenal sebagai sufi yang mengkaji kitab-kitab langka. Sebut saja Tarjumanul Asywaq karya Syaikh Akbar Muhyiddin Ibn Arabi, Matsnawi dan Rubaiyat karya Maulana Jalaluddin Rumi, dan kitabnya Al-Hallaj saya lupa namanya.

Suatu kali beliau pernah mengatakan, seingat saya begini: "Kamu tidak perlu mencium tangan saya serta tangan-tangan kyai, ulama, dan gurumu lainnya, jika tangan orang tuamu sendiri jarang atau malah tidak pernah sama sekali kamu cium". Saat itu saya hanya terperangah tanpa tahu lebih dalam apa maksudnya.

Lamat-lamat saya baru menyadari perkataan beliau ketika kemarin saya kembali menjalin silaturahmi via whatsapp dengan teman lama. Sebut saja namanya Akil. Ia teman saya waktu duduk di bangku aliyah. Orangnya tidak terlalu tinggi, kulitnya agak gelap, dan kurus.

Ia lahir dan tumbuh dari kalangan keluarga yang cukup sejahtera. Ibunya seorang guru di sekolah dasar, dan bapaknya menjadi staff di kantor bupati. Maka tidak mengherankan jika asupan pengetahuannya tercukupi dengan baik. Ia didaftarkan ke berbagai macam bimbingan belajar demi menunjang nilai akademisnya.

Setahu saya dulu saat duduk di bangku kelas tiga aliyah, ia masuk ke tiga bimbel sekaligus. Ada Ganesha Operation, kemudian bimbel khusus untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris, dan satunya lagi bimbel privat. Itu belum ditambahi dengan bimbel yang telah disediakan pihak sekolah untuk siswa yang duduk di bangku kelas tiga. Ia telah mempersiapkan dengan matang dan tidak main-main untuk melanjutkan studinya.

Ia juga orang yang paling aktif mencari informasi soal kampus mana yang telah membuka pendaftaran. Dan semua yang telah buka ia daftari. Katanya, "saya mau kuliah ke luar daerah". Asa yang lumrah dan wajar mengingat DNA keluarganya dari kalangan berada. Saya hanya mengangguk pelan dan kagum. Sudah itu saja.

Memasuki semester dua kelas tiga aliyah, ia masih melakukan hal yang sama. Malah rutinitasnya berkumpul bersama teman lainnya ia kurangi. Sekadar untuk ngopi barang sepuluh menit ada saja alasannya. Bermain game pun juga dikurangi. Ia bahkan juga mengakhiri hubungan asmara dengan pacarnya yang sudah terjalin dari kelas dua SMP. Ini semua ia ikhtiarkan agar bisa masuk ke kampus luar daerah. Seingat saya kampus yang ia bidik adalah UI, UGM, dan UNPAD.

Usai Ujian Nasional, ia sudah mengantongi sekian jadwal seleksi masuk perguruan tinggi negeri dengan segala persiapannya. Semua jalur di tiga kampus tersebut, kampus dinas, dan kampus berbasis agama ia coba semua. Diantara sekian usahanya, ia masuk ke kampus IAIN Tulungagung di jurusan Pendidikan Agama Islam. Iya, hanya itu yang berhasil lolos. Selebihnya tidak ada. Bahkan upayanya yang terakhir melalui jalur mandiri di empat kampus ternama juga gagal.

Wajahnya terlihat muram saat mendengar kabar teman-temannya, termasuk saya yang berhasil tembus ke kampus luar daerah. Ada yang di Yogyakarta, Semarang, Solo, Jakarta, Surabaya, Malang, Bandung, dan bahkan Thailand. Ia yang berjibaku, bersusah payah mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi dari lama justru rezekinya di kampus lokal.

Kemarin ia bercerita pada saya kemungkinan sebab gagal masuknya di sekian perguruan tinggi. Ia mengatakan bahwa ibunya pernah berucap, "kamu boleh daftar kuliah di mana saja. Tapi kamu tidak akan pernah diterima, kecuali di IAIN Tulungagung jurusan Pendidikan Agama Islam". Dan ternyata ucapan ibunya menjadi kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun