dalam ruas bambu lelap engkau lekat. menarik panjang napas sekilat
ilalang aku baring tersungkur, memandang sambil aku tafakur
perjalanan panjang sudah lewat. kupikir bertandang menghampiri kita sang kiamat
sepanjang tepi jalan tiada ujung cinta kita ukur. Saling dekap kita tertidur
dalam ruas bambu, pernahkah engkau bertanya anak kita tersimpan disana
juga perhitungkan sisa uang dalam saku untuk perjalanan berikutnya
sampai dimana kita? sampai kini, nanti dan seterusnya?
sisa dan dera pertarungan kita, dalam bentuk cahaya mempesona
seribu layang-layang diterbangkan menuju angkasa
pada lapang hijau kita amati sembari mengunyah pepaya
rinduku tidak mengungkap tabir ambisi cinta pada dirimu, ucapmu merana