Mohon tunggu...
Asril Novian Alifi
Asril Novian Alifi Mohon Tunggu... Penulis - Writer | Learning Designer | Education Consultant

Writer | Learning Designer | Education Consultant https://linktr.ee/asrilnoa

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengoleksi Buku Tak Pernah Ada Ruginya

27 Januari 2019   14:41 Diperbarui: 28 Januari 2019   11:08 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay/Marisa Sias)

Ada sedikit rasa kehilangan ketika sudah menanggalkan status sebagai pelajar atau mahasiswa. Dengan menanggalkan status tersebut, berarti juga kehilangan fasilitas-fasilitas khusus di sekitar lingkungan sosial di sekitar kita. 

Naik angkot atau bus kota sudah mulai dengan harga normal, bukan lagi dengan harga pelajar yang nominalnya bisa sampai 50% harga normal. Begitupun acara-acara seminar yang ingin kita ikuti, sudah mulai dikenakan harga umum selepas kita melepaskan status mahasiswa kita.

Ketika kemudian meulai menjajaki dunia kerja dengan segala hiruk pikuknya, setidaknya fasilitas-fasilitas di lingkungan sosial --- yang berhubungan dengan keringanan finansial-- selama menjadi mahasiswa mampu tergantikan dengan sesuatu yang lebih istimewa. 

Apalagi kalau bukan gaji yang kita terima di setiap bulannya. Tentu, tak ada yang lebih membahagiakan selain memegang uang dari hasil keringat sendiri setelah sekian tahun hanya bisa minta dari kantong orang tua.

Sumber Foto : Kolpri
Sumber Foto : Kolpri
Di awal-awal masa kerja biasanya menjadi masa-masa balas dendam untuk membeli barang-barang yang dulu di masa menjadi pelajar atau mahasiswa ingin membeli suatu barang yang sangat diidam-idamkan namun tak kesampaian karena harganya yang tak mungkin terakomodasi dengan kantong pelajar/mahasiswa. 

Salah seorang teman kuliah saya yang hobi fotografi langsung membeli kamera impiannya yang harganya selangit sejak beberapa bulan bekerja selepas lulus kuliah. 

Begitupun juga seorang teman yang dari dulu pengen punya motor sport yang gagah, langsung menyisihkan beberapa bulan gajinya untuk DP motor ke dealer. 

Kakak saya yang hobi main gitar juga tak lupa menyisihkan sebagian dari gajinya untuk membeli gitar elektrik lengkap dengan sound effect dan amplifier-nya.

 Tak tanggung-tanggung, selama beberapa tahun di awal-awal ia bekerja, ia keranjingan untuk mengoleksi gitar, baik yang akustik ataupun elektrik. Sampai sekarang sudah lebih dari lima gitar yang dimilikinya. Juga bass dan keyboard. Ya, dia memang berambisi untuk memiliki studio musik sendiri dari dulu.

Sama seperti mereka, di awal-awal kerja, saya pun juga mulai menghabiskan gaji saya untuk barang-barang yang paling saya inginkan dari dulu. Namun barang yang saya inginkan bukanlah barang-barang yang memang benar-benar terkesan mewah seperti kamera, motor sport, ataupun gitar elektrik. 

Saya hanya ingin membeli buku-buku yang saya suka, karena ketika dulu masih menjadi mahasiswa dengan isi kantong sehari-harinya yang selalu kering, saya hanya bisa memandangi dan mengelus-ngelus deretan buku bagus yang ada di toko buku, lantaran harganya tak terjangkau dengan kondisi kantong saya. 

Terkadang, kalaupun saya benar-benar sangat menginginkan suatu buku, saya harus hemat uang makan selama berbulan-bulan terlebih dahulu. Tak jarang pula, ketika uang hasil berhemat berbulan-bulan tersebut sudah terkumpul, buku yang saya incar sudah tidak ter-display lagi di rak-nya. Sungguh Bedebah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun