Solu kecilku (sampan) itu bergerak perlahan, membelah riak-riak ombak yang menerpa lambungnya. “Kualitatif” tertulis dengan huruf balok di lambung kiri, tulisan itu sudah terkelupas, diterpa hempasan air. Sehelai merah putih berkibar pada tiang bambu di buritannya, terlihat bersahabat dengan hembusan angin. Sendiri, haluan menuju Timur. Konon disana ada dermaga, yang kabarnya bernama “kemandirian”.
Malam semakin larut, bintang-gemintang berkedip memberi arah. Sementara rembulan setengah di sebelah Barat tersenyum menggoda. Banyak perahu bergerak cepat kesana, ke arah Barat. Barat sudah tersohor kabarnya ke seantero Timur. Di Barat ada gemilang teknologi dan kemajuan – maksimasi keuntungan dan efisiensi. Penunjuk jalan digital dan semua perangkat sudah tersedia. Tak akan mudah kamu tersesat mengikuti jalan itu. Kabar itu kudapat dari seorang bijak.
Lanjutnya lagi, kamu tetap bisa memilih ke Timur.
Menyusuri alur ke Timur, banyak persimpangan arah, dari muara ke anak sungai. Kamu boleh memilihnya meskipun kamu akan mengalami kebingungan, gunakan feeling-mu, kamu adalah subyek, nanti kamu akan tiba di Timur, dermaga “kemandirian”. Disana ada jati diri leluhurmu, yang sudah lama kamu lupakan, atau kamu dan saudaramu belum mengetahuinya. Kamu tak perlu membuktikan sesuatu di sana, tapi kamu akan belajar di sana. Memahami makna verstehen, kata orang bijak itu, itulah tujuanmu.
Berangkatlah….